Jakarta (ANTARA) - Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) menyelenggarakan program Akselerasi Kreatif (AKTIF) Subsektor Film dan Animasi untuk memperkuat kapasitas sineas muda sekaligus memperluas akses distribusi serta promosi karya film di pasar domestik dan internasional.
Deputi Bidang Kreativitas Media, Agustini Rahayu menegaskan bahwa industri film harus terus diperkuat melalui strategi pemasaran dan distribusi yang lebih terarah.
“Ini bukti kualitas dan kuantitas yang bergerak maju. Tugas kita sekarang mendorong pemasaran dan distribusinya,” kata Deputi Ayu dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan, Program AKTIF dirancang untuk mendorong hilirisasi karya perfilman agar tidak berhenti pada proses kreatif semata, tetapi berkembang menjadi produk bernilai ekonomi yang mampu bersaing secara global.
Baca juga: Kementerian Ekraf dan BPS berkolaborasi berdayakan animator lokal
Pendekatan ini menjadi bagian dari strategi penguatan ekosistem perfilman nasional yang berorientasi pada keberlanjutan.
Berdasarkan data dari Bicara Box Office, jumlah penonton film Indonesia hingga pertengahan November 2025 telah mencapai sekitar 65 juta penonton.
Adapun data Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) jumlah film nasional yang rilis di bioskop pada tahun 2025 berjumlah 178 judul film.
Baca juga: Menekraf apresiasi Produk Lokal Fest #7 pemicu 17 subsektor ekraf
“AKTIF bukan sekadar ruang kolaborasi, tetapi akselerator bagi sineas muda yang siap menembus batas dan bersaing di industri global,” ujar Deputi Ayu.
Isu penguatan sumber daya manusia juga menjadi perhatian utama.
Dia menilai bahwa meskipun kualitas kreator Indonesia sudah terbukti kuat, tantangan terbesar justru terletak pada bagaimana menemukan, memetakan, dan menghubungkan talenta unggul dengan kebutuhan industri.
Karena itu, Kementerian Ekraf terus mengembangkan rangkaian bootcamp berkelanjutan dan program akselerasi yang dibangun melalui komunikasi intensif dengan para pelaku di daerah untuk mengidentifikasi tantangan lokal dan merumuskan solusinya bersama.
Baca juga: Kementerian Ekraf bukukan Rp5.3 miliar selama gelaran ICEFF 2025
“Ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu kita dorong lebih serius, karena aspek promosi dan pemasaran adalah pondasi penting dalam penguatan sektor ini,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur Film, Animasi, dan Video Kementerian Ekraf Doni Setiawan menyoroti pentingnya jembatan antara proses produksi dan distribusi.
“Potensi sineas muda Indonesia luar biasa. Namun, banyak karya berhenti di tahap produksi tanpa sempat bertemu dengan penontonnya. AKTIF menjembatani gap tersebut dengan materi praktis dari profesional industri serta peluang promosi nyata di forum market internasional,” ujar Doni.
Melalui AKTIF Film dan Animasi ini, Kementerian Ekraf menargetkan lahirnya sineas dan animator profesional yang tidak hanya unggul secara artistik, tetapi juga memahami aspek distribusi dan promosi sebagai penentu keberlanjutan karya.
Baca juga: Menteri Ekraf dukung IdeaFest ciptakan inovasi kreasi berdaya saing
Program ini menjadi bagian dari komitmen memperkuat subsektor film dan animasi sebagai pilar ekonomi kreatif yang berdaya saing, inklusif, dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional berbasis potensi daerah.
Tahun ini, kurator profesional Sastha Sunu, Adrian Jonathan Pasaribu, dan Ayu Diah Cempaka menyeleksi 61 pendaftar kategori film, dari sana 35 karya dipilih untuk mengikuti bootcamp.
Peserta berasal dari komunitas kreatif hingga rumah produksi, dengan fokus kesiapan karya untuk memasuki pasar.
Sementara itu, program animasi turut menghadirkan talenta dari berbagai daerah yang telah memiliki konsep dan IP matang, serta membutuhkan penguatan di sisi model bisnis, distribusi, dan kesiapan market.
Dari keseluruhan peserta, tiga karya terbaik berkesempatan memperoleh fasilitasi promosi di JAFF Market dan Asia TV Forum & Market 2025 Singapura sebagai jalur strategis menuju pasar internasional.
Bootcamp ini diselenggarakan melalui kolaborasi dengan Rangkai, Cinema Poetica, dan Metra TV, menghadirkan sesi intensif yang membahas aspek krusial dalam rantai nilai perfilman, meliputi legal distribution, strategi promosi, storytelling, ekosistem industri komersial, hingga teknik pitching.
Sejumlah praktisi profesional juga turut menjadi pemateri di antaranya Barry Maheswara, Novi Hanabi, Aline Jusria, Redemptus Rangga Raditya, dan Aisya Fabien.
Baca juga: Pemerintah buka peluang kerja sama ekraf dengan negara Afrika-Pasifik
Pewarta: Adimas Raditya Fahky P
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































