Polri: Penguatan keluarga dan sekolah putus rantai radikalisme

8 hours ago 6

Jakarta (ANTARA) - Katim Pencegahan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri Kompol Agus Isnaini menegaskan penguatan keluarga dan pengawasan ketat di lingkungan sekolah menjadi langkah utama dalam mencegah terorisme dan memutus rantai radikalisme yang terus muncul tanpa henti.

"Terorisme ini kayaknya kalau diserang terus tidak ada habis-habisnya. Jadi, kita lakukan pencegahan yang diharapkan ini benar-benar pencegahan yang semuanya bergerak," kata Agus dalam kegiatan bedah film "Kembali ke Titik" di Perpusnas RI, Jakarta, Selasa.

Dia menjelaskan bahwa terorisme akan terus ada jika hanya diserang secara represif, sehingga pendekatan pencegahan menjadi kunci utama. “Kami berharap pencegahan ini benar-benar melibatkan seluruh elemen,” ujarnya.

Strategi pencegahan yang dikembangkan oleh Polri terdiri atas tiga pendekatan lingkungan strategis. Pertama adalah lingkungan keluarga yang harus diperkuat karena keluarga memiliki sugesti paling kuat terhadap para pelaku terorisme.

Baca juga: BNPT sebut tiga pilar kewilayahan garda terdepan pencegahan terorisme

Pendekatan kedua adalah lingkungan sosial, khususnya sekolah. Dari data Polri, banyak pelaku teror yang mulai mendapatkan pemahaman radikal sejak SMP atau SMA.

“Ini bukan karena guru yang mengajarkan radikalisme, meskipun ada beberapa kasus, tapi lebih banyak karena kedatangan alumni yang sudah terpapar paham radikal,” jelas Agus.

Alumni tersebut biasanya masuk ke sekolah melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti Magrib, Prokis, Paskibra, dan lainnya. Meskipun pada awalnya alumni tersebut dalam keadaan baik, proses di lingkungan pendidikan yang baru, seperti perguruan tinggi, dapat membuat mereka terpapar paham radikal dan kembali membawa ideologi tersebut ke sekolah asal.

Oleh karena itu, Polri mengingatkan pentingnya pengawasan pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah agar tidak menjadi pintu masuk penyebaran radikalisme.

Baca juga: Kapolri: Film “Sayap-Sayap Patah 2” edukasikan bahaya radikalisme

Baca juga: BNPT sebut FKPT garda terdepan pencegahan radikal terorisme di daerah

Pendekatan ketiga adalah melibatkan stakeholder strategis seperti Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, dan Dinas Pendidikan. Agus berharap lembaga-lembaga ini dapat menanamkan wawasan kebangsaan secara berkelanjutan dan masif kepada para pelajar.

“Peran kepala sekolah dan pihak terkait sangat penting untuk memberikan bekal daya tahan dan daya tangkal terhadap paham radikal,” tuturnya.

Lebih lanjut, data Polri menyebutkan bahwa tidak semua pelaku teror benar-benar memahami apa yang mereka lakukan, sehingga penanganan preventif harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat agar generasi muda terlindungi dari ideologi berbahaya tersebut.

Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |