Sosok PMO berperan dalam kepatuhan pasien meminum obat TBC

6 hours ago 7

Jakarta (ANTARA) - Dalam pengobatan tuberkulosis (TBC) turut diperlukan seorang sosok yang mampu mengawasi pasien untuk meminum obat secara teratur atau yang disebut pengawas menelan obat (PMO).

“Makanya sebenarnya kita kan ada program itu namanya orang orang membantu memberikan obat namanya PMO pengawas menelan obat. Jadi kita berusaha ada orang dari keluarganya atau dari siapa yang bisa dekat yang bisa mengawasi dia (pasien) minum obat setiap hari,” ujar Prof. Dr. Faisal Yunus, Ph.D., Sp.P(K) kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (DPKR) itu, sosok keluarga ini berperan penting dalam mengawasi kepatuhan pasien TBC yang harus minum obat sesuai dengan resep setiap hari tanpa putus. Ia menyarankan sosok PMO berasal dari keluarga serumah, tetangga atau kerabat terdekat.

Baca juga: Ahli bagikan kiat cegah penularan tuberkulosis

“Karena memang obatnya lama enam bulan apalagi sembilan bulan, kadang-kadang orang bosan,” jelasnya.

Bila pasien TBC mengalami putus obat, maka hal ini dapat berpengaruh pada durasi pengobatan selanjutnya yang bakal mengulang dari awal sehingga durasi pengobatan menjadi lama, sehingga pengobatan TBC pertama harus dituntaskan.

Dengan demikian, selain kepatuhan pasien, peran PMO yang mengawasi pasien dalam mengonsumsi obat, diharapkan mampu berkontribusi positif dalam mengawasi pasien TBC. Pasalnya, PMO merupakan sosok yang tidak digaji atau mengawasi secara suka rela.

Baca juga: Pasien TB tidak tuntas berobat disarankan lakukan pemeriksaan ulang

Dokter di Rumah Sakit Persahabatan ini juga menjelaskan terkait pengobatan TBC bagi ibu hamil masih aman kecuali penggunaan obat suntik streptomisin yang perlu dikonsultasikan dengan dokter kandungan.

“Tapi banyak kok (pasien) pas TBC dalam kondisi hamil, lahirannya bisa normal saja kok, tetap minum obat. Makanya pas hamil kadang-kadang nggak tahu sudah hamil tapi obatnya terusin saja dan alhamdulillah lahirnya aman-aman saja kok,” jelasnya.

Baca juga: Menkes sebut banyak pasien gagal sembuh TBC karena lamanya pengobatan

Gejala TBC biasanya ditandai degan batuk selama dua bulan, nafsu makan berkurang, berat badan turun. Disertai dengan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi pada sore hari, malam berkeringat hingga baju basah, kemudian lelah, letih lesu dan lemah.

“Kemungkinan ada gejala yang lain itu bisa nyeri dada, batuk berdarah tapi yang umum tadi itu. Dan gejala ini bisa ada semua, bisa juga tidak, bisa cuma ada satu saja, bergantung dari luas lesunya atau keadaan pasien,” pungkas Profesor Faisal Yunus.

Baca juga: Soal kasus TBC, Pramono: Belum perlu ditanggapi berlebihan

Baca juga: Vaksin TBC: antara kepentingan global dan kemandirian nasional

Pewarta: Sinta Ambarwati
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |