Pemerintah sebut diversifikasi pasar ekspor solusi hadapi tarif Trump

4 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara Kemenko Perekonomian Ferry Irawan menilai, diversifikasi pasar ekspor menjadi salah satu solusi yang tengah difokuskan pemerintah dalam menghadapi tarif resiprokal AS yang dikenakan Presiden AS Donald Trump.

Menurutnya, pencarian pasar yang bisa menjadi tujuan ekspor baru perlu dilakukan agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada AS sebagai negara utama tujuan ekspor.

“Kita perlu mendiversifikasi negara-negara ekspor yang non tradisional, begitu juga dengan komoditasnya. Negara-negara seperti (di wilayah) Afrika, Timur Tengah itu yang kita optimalkan. Kita juga mendorong perdagangan inter-ASEAN,” ujar Ferry dalam acara Sarasehan Kebangsaan BPIP di Jakarta, Selasa.

Sebagaimana diketahui, AS saat ini memang menjadi negara kedua tujuan ekspor utama bagi Indonesia setelah China. Pada 2024, total nilai ekspor Indonesia ke AS tercatat mencapai 26,31 miliar dolar AS.

Produk ekspor utama mencakup mesin dan peralatan listrik, pakaian, alas kaki, lemak dan minyak hewani, nabati, dan produk pecahannya.

Untuk mengoptimalisasi pangsa pasar baru, Pemerintah Indonesia juga tengah berfokus memperluas cakupan kerja sama luar negeri dengan beragam skema kerangka kemitraan ekonomi.

Ferry menyinggung beberapa di antaranya yang sudah menjadi anggota yakni G20, RCEP, dan BRICS+. Sementara yang tengah dalam proses aksesi keanggotaan yaitu OECD dan CP-TPP.

Selain itu, Pemerintah saat ini sedang dalam proses negosiasi IEU-CEPA dengan Uni Eropa yang ditargetkan rampung pada semester I 2025.

“Harapannya, investasi (bisa) meningkat, maupun perdagangannya juga meningkat,” terangnya.

Lebih lanjut, Ferry menyampaikan Indonesia dapat mengantisipasi dampak dari kebijakan tarif Trump dengan memaksimalkan ketahanan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara.

Pertama, memanfaatkan teknologi digital dalam segala aspek pemerintahan.

Kedua, memaksimalkan hilirisasi.

Serta ketiga, meningkatkan ketahanan pangan maupun energi.

Adapun saat ini Indonesia dan AS sedang dalam tahap negosiasi tarif. Kedua negara sepakat menyusun peta jalan (roadmap) perdagangan dengan tenggat selama 60 hari ke depan.

Pembahasan teknis negosiasi Indonesia-AS bakal mempertimbangkan lima fokus, yakni menjaga ketahanan energi nasional, memperjuangkan akses pasar ekspor, mendorong kemudahan berusaha melalui deregulasi, membangun rantai pasok industri strategis, termasuk mineral kritis, serta memperluas akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Baca juga: Tarif resiprokal AS dinilai tingkatkan ketidakpastian ekonomi global

Baca juga: Tenggat kian dekat, AS berencana kenakan tarif berdasarkan kawasan

Baca juga: Hadapi ketidakpastian global, RI siapkan sejumlah kebijakan ekonomi

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |