Kemenkeu: Minat investor ke SBN makin tinggi di tengah gejolak global

6 hours ago 3
Dibandingkan awal tahun, imbal hasil (yield) SBN 10 tahun kita makin rendah. Ini banyak terjadi khususnya dalam satu bulan terakhir

Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan minat investor terhadap surat berharga negara (SBN) makin tinggi di tengah gejolak perekonomian global.

Hal itu, kata dia, mencerminkan investor makin percaya terhadap fiskal dan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

“Dibandingkan awal tahun, imbal hasil (yield) SBN 10 tahun kita makin rendah. Ini banyak terjadi khususnya dalam satu bulan terakhir,” kata Febrio dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin.

Yield SBN 10 tahun turun 2 basis poin (bps) menjadi 7,00 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) pada kuartal I-2025. Meski sempat naik setelah pengumuman tarif resiprokal Amerika Serikat (AS), yield kembali turun sebesar 4,5 bps ke level 6,98 persen pada 22 April 2025.

Mengingat hubungan terbalik antara harga SUN dan yield, maka penurunan yield menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi Pemerintah Indonesia.

Febrio optimistis kepercayaan investor terhadap instrumen utang pemerintah Indonesia didorong oleh perbaikan kinerja fiskal dan ekonomi.

Dari segi fiskal, pendapatan negara menunjukkan pemulihan utamanya melalui penerimaan pajak. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya menyampaikan kinerja penerimaan pajak telah berbalik arah (turn around) setelah sempat melambat pada awal tahun.

Penerimaan pajak per Februari 2025 tercatat sebesar Rp187,8 triliun, kemudian serapannya berjalan lebih cepat pada Maret dengan catatan akhir sebesar Rp322,6 triliun.

Perbaikan itu mendorong pendapatan negara yang terserap sebesar Rp316,9 triliun hingga Februari (sekitar Rp150 triliun secara rata-rata) kemudian melaju menjadi Rp516,1 triliun pada Maret, atau bertambah hampir Rp200 triliun dalam satu bulan.

Sementara belanja negara telah tersalurkan sebesar Rp620,3 triliun atau 17,1 persen dari target. Defisit tetap terjaga sesuai desain dengan realisasi Rp104,2 triliun atau 0,43 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).

Secara keseluruhan, meski APBN mencatatkan defisit, keseimbangan primer masih terjaga surplus dengan nilai Rp17,5 triliun. Keseimbangan primer mencerminkan kemampuan negara mengelola utang. Dengan surplus keseimbangan primer, maka kondisi fiskal dapat dikatakan masih cukup memadai untuk mengelola pendapatan, belanja, dan utang.

Dengan perbaikan itu, menurut Febrio, Indonesia dianggap menjadi tempat investasi yang relatif aman, terutama bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dan G20.

Baca juga: Sri Mulyani: Pasar SBN tetap menarik investor di tengah tekanan global

Baca juga: MAMI proyeksikan imbal hasil obligasi RI kisaran 6-6,25 persen di 2025

Baca juga: Ekonom imbau investor beli obligasi pemerintah saat harga emas tinggi

Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |