Pontianak (ANTARA) - Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalbar, Cornelis Kimha menegaskan Pekan Gawai Dayak ke-39 yang dilaksanakan di Kalbar tahun ini tidak hanya sekedar sebagai ajang pelestarian budaya namun menegaskan identitas budaya Dayak yang harus tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
"Selama ini, budaya Dayak hanya terlihat saat Gawai, padahal, budaya harus menjadi bagian dari keseharian kita. Contohnya masyarakat di Kapuas Hulu dan Sintang, ibu-ibu di pasar masih memakai simpolo (aksesoris kepala tradisional) hampir setiap hari," kata Cornelis saat memberikan sambutan pada kegiatan Pekan Gawai Dayak ke-39 yang dilaksanakan di Pontianak, Selasa.
Ia menyatakan bahwa eksistensi masyarakat Dayak yang terus menjaga adat selama lebih dari 40 tahun merupakan bentuk kontribusi terhadap keutuhan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
"Kita tidak perlu malu menunjukkan identitas. Identitas inilah yang menjadi jati diri dan kebanggaan kita sebagai bangsa yang majemuk," tuturnya.
Baca juga: Mengenal hiloi sebagai simbol adat dan jati diri suku Sentani
Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Krisantus Kurniawan, mengajak seluruh masyarakat Dayak untuk menjadikan Pekan Gawai Dayak ke-39 sebagai momentum memperkuat jati diri, melestarikan budaya, dan menjaga ketertiban dalam perayaan adat.
“Tadi saya sampaikan kepada seluruh warga Dayak, agar memberikan contoh bahwa Dayak itu cerdas, bermartabat, punya integritas, dan cinta kasih," kata Krisantus.
Ia menekankan pentingnya menjaga budaya sebagai jati diri bangsa. Menurutnya, jika tidak dilestarikan melalui forum atau kegiatan kebudayaan seperti Pekan Gawai Dayak, maka lambat laun identitas suku maupun bangsa akan terkikis.
"Saya yakin, Pekan Gawai Dayak kali ini akan menjadi acara yang rapi, santun, dan dapat dijadikan contoh bagi suku-suku lain di Indonesia. Ini bisa menjadi pilot project untuk acara adat yang tertib dan berbudaya," tuturnya.
Baca juga: Suku San: Jejak genetik dan budaya suku tertua di dunia
Krisantus juga menyinggung pentingnya menjaga etika selama perayaan. Ia mengimbau agar masyarakat tidak berlebihan dalam merayakan, khususnya dalam hal konsumsi alkohol.
"Mabuk-mabukan lalu diviralkan lewat video, itu tidak baik. Minum secukupnya saja, kita punya batas kemampuan fisik," kata dia.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPR RI dari Daerah Pemilihan Kalbar II, Adrianus Asia Sidot, menyoroti makna Gawai sebagai perayaan panen yang juga harus dijadikan refleksi atas kondisi ketahanan pangan di daerah.
"Pekan Gawai Dayak ini merupakan momen syukur atas hasil panen. Namun kita juga perlu introspeksi: mampukah Kalimantan Barat berswasembada pangan tanpa bergantung dari luar," katanya.
Baca juga: Mengenal sejarah dan asal usul suku Bugis
Menurut Adrianus, program utama Presiden Prabowo Subianto dalam periode mendatang akan fokus pada ketahanan pangan, energi, dan air. Hal ini sejalan dengan isu global seperti perubahan iklim dan menurunnya produksi pangan di banyak negara.
Ia mengajak masyarakat untuk mulai mengubah pola pikir soal pangan, bahwa pangan lokal seperti jagung, ubi, dan sagu memiliki nilai gizi yang tinggi dan harus diangkat martabatnya.
"Dulu orang yang makan jagung atau ubi dianggap miskin. Itu harus diubah. Kita harus bangga dengan pangan lokal kita. Ketahanan pangan bukan hanya soal beras, tapi soal keberagaman sumber pangan," kata Adrianus.
Adrianus juga menekankan pentingnya sinergi lintas sektor, termasuk TNI dan Polri, dalam mendukung produksi pangan nasional untuk menjaga stabilitas harga dan menekan impor bahan pangan.
Baca juga: Mengenal keunikan 5 suku yang ada di Papua
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025