Wamensos ajak kampus jadi mitra kritis ubah bansos jadi pemberdayaan

2 weeks ago 6

Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo mengajak kampus untuk menjadi mitra kritis guna menggeser kebijakan perlindungan sosial berbasis bantuan sosial (bansos) menjadi program pemberdayaan sosial.

“Negara tidak bisa sendiri. Pemerintah tidak bisa sendiri. Kami sangat membutuhkan kampus sebagai mitra yang objektif dan kritis untuk membangun model-model pemberdayaan yang kontekstual,” ujar Wamensos Agus dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Kemensos dan Kementerian UMKM kolaborasi berdayakan warga miskin

Keterlibatan kampus, lanjut Agus, berkaitan erat dengan konsep Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Menurutnya, pengabdian masyarakat merupakan salah satu cara kampus untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi guna memajukan kesejahteraan masyarakat.

“Kita ingin masyarakat bertransformasi dari mindset penerima bantuan ke mindset produktif. Kemiskinan bukan hanya soal ekonomi, tapi juga mentalitas,” katanya.

Selain perubahan pendekatan yang beralih kepada pemberdayaan, lanjutnya, pemerintah kini memiliki Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) yang menjadi acuan tunggal untuk seluruh program bansos dan pemberdayaan masyarakat.

Ia berharap peningkatan akurasi data dapat mengintervensi keluarga miskin dan miskin ekstrem dengan lebih tepat, sehingga target pengentasan kemiskinan bisa dipercepat.

Salah satu wujud konkret sinergi tersebut, kata Agus Jabo, adalah pengembangan desa model pemberdayaan.

Ia mencontohkan upaya sembilan desa di Banyumas yang saat ini memproduksi kerajinan daur ulang, seperti anyaman dari eceng gondok dan kotak sampah ekspor, yang melibatkan warga setempat secara aktif.

Baca juga: Dorong pemberdayaan, Mensos: Bansos hanya jaminan sosial sementara

Baca juga: Kemensos perkuat kolaborasi untuk berantas kemiskinan ekstrem

Wamensos Agus menekankan pentingnya intervensi komprehensif dalam penanganan kelompok rentan, termasuk Pemerlu Atensi Sosial (PAS), seperti penyandang disabilitas, anak telantar dan lansia.

Ia mengatakan program pelatihan, atensi, dan penguatan ekonomi terus digencarkan dengan kolaborasi antara Kementerian Sosial, pemerintah daerah, serta kementerian/lembaga lain.

“Kita kawal sampai mereka benar-benar berdaya. Meski jumlah bantuannya tidak besar, yang terpenting adalah dampak berkelanjutan melalui perubahan mindset dan kemandirian ekonomi,” ujar Wamensos Agus.

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |