Jakarta (ANTARA) - Penggunaan terapi kenangan atau ‘reminiscence’ ditinjau oleh peneliti sebagai terapi untuk mengatasi perubahan suasana hati yang sering dialami penderita alzheimer.
Ditulis laman Everyday Health, Jumat (21/11), sebuah tinjauan ilmiah yang diterbitkan dalam BMC Geriatrics pada tahun 2023 menganalisis data dari enam penelitian tentang terapi kenangan pada orang dewasa yang lebih tua dan menemukan bahwa itu adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan hidup.
Tinjauan ilmiah lain terhadap 26 studi tentang terapi kenangan menemukan bahwa perawatan tersebut memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan kesejahteraan, termasuk menurunkan gejala depresi, kecemasan, dan stres pada orang dewasa yang lebih tua.
Baca juga: Studi: Berjalan 5.000 langkah sehari perlambat perkembangan Alzheimer
“Terapi reminiscence menunjukkan kepada pasien benda-benda yang dapat membangkitkan kenangan masa lalu, seperti suvenir lama atau foto keluarga. Ini sesuatu yang familiar dan positif," jelas Arshia Khan, PhD, seorang peneliti biomedis dan profesor di Swenson College of Science and Engineering di University of Minnesota di Duluth.
Khan menyarankan untuk berpikiran terbuka tentang apa yang termasuk dalam terapi mengenang, mengingat bahwa berkumpul dengan teman pun dapat memaksimalkan kekuatan terapi ini.
"Saya melihat banyak lansia berkumpul dengan teman dan mengobrol. Itu adalah salah satu bentuk terapi mengenang dan bisa sangat membantu,” tambah Khan.
Baca juga: Otak pria menyusut lebih cepat, tapi wanita lebih rentan Alzheimer
Meskipun studi yang lebih besar masih diperlukan, bukti menunjukkan bahwa terapi reminiscence dapat meningkatkan fungsi kognitif. Sebuah meta-analisis penelitian (yang menggabungkan hasil beberapa studi) yang diterbitkan pada tahun 2025 menemukan bahwa terapi reminiscence menghasilkan peningkatan kognisi yang signifikan secara statistik pada orang dewasa dengan gangguan kognitif, terutama jika gejalanya masih ringan.
Pendapat ahli lain dari seorang profesor madya psikiatri klinis di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt di Nashville, Tennessee Paul Ragan, MD, mengatakan terapi ini dirancang untuk membantu orang dengan penyakit Alzheimer dan masalah ingatan lainnya mengingat kejadian, emosi, dan pikiran masa lalu.
“Terapi reminiscence memanfaatkan memori jangka panjang pada demensia tahap awal dan menengah, membantu pasien mengakses memori yang sudah ada,” kata Ragan.
Baca juga: Hari Alzheimer dan teknologi taklukkan lupa
Anggota keluarga dapat melakukan terapi kenangan sendiri dengan orang terkasih yang menderita demensia, atau mereka dapat bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan, kata Ragan.
Terapi ini juga dapat disampaikan melalui teknologi dan diterapkan di berbagai lingkungan, seperti fasilitas hunian berbantuan dengan staf terlatih atau lingkungan yang familiar dengan pengasuh yang didukung oleh terapis terlatih, kata Jameca Woody Cooper, PhD, seorang psikolog klinis di St. Louis.
"Terapi reminiscence merupakan pendekatan yang berharga dalam perawatan demensia yang berpusat pada individu, membantu mempertahankan identitas individu,” kata Cooper.
Penelitian tentang terapi reminiscence masih berlangsung, tetapi para penyedia layanan kesehatan mengatakan bahwa terapi ini biasanya memberikan pengalaman positif bagi pasien.
Baca juga: Memahami Alzheimer: Penyakit otak yang kerap mengancam lansia
Baca juga: Lima kebiasaan yang sebaiknya dihindari untuk cegah alzheimer
Penerjemah: Fitra Ashari
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































