Denpasar (ANTARA) - Salah satu perusahaan operator seluler Indosat Ooredoo Hutchison mengungkapkan sejumlah tantangan bagi penyedia layanan di Bali jelang Natal dan Tahun Baru 2026 di tengah musim hujan dan ancaman bencana.
“Tantangannya kalau musim hujan kebanyakan PLN mati dan biasanya fiber penyedia layanan putus, karena misalnya ada bencana biasanya Bali Nusra tanah longsor, fiber bisa putus,” kata Head of Technology Region Bali Nusra Indosat Ooredoo Hutchison Mardiono Eko Prayitno di Denpasar, Sabtu.
Untuk itu khusus pada kasus listrik padam, menurut dia perlu langkah dari setiap penyedia jaringan karena masyarakat atau wisatawan pasti membutuhkan jaringan untuk mencari kabar atau informasi bencana.
Perusahaannya sendiri terus menambah baterai sebagai cadangan daya, sehingga ketika listrik padam, BTS mereka tetap menyala dan kuat menahan hingga PLN kembali mengoperasikan listrik.
“Kalau kami targetnya kalau bisa minimal 4 jam itu BTS masih bisa nyala dengan penambahan baterai, atau misalnya kurang kami sediakan tim tambahan khusus Nataru di Bali yang membawa genset, jadi ketika satu titik BTS mau mati tim sudah bergerak,” ujarnya.
Lalu untuk potensi putusnya fiber, operator seluler tersebut menggunakan fiber proteksi, sehingga jika bencana terpaksa memutus masih ada proteksi kedua dan ketiga yang tetap menghidupkan BTS.
Mardiono bercerita, bencana banjir besar Bali pada September lalu menjadi pelajaran sekaligus pengalaman dalam menangani masalah jaringan.
Kondisi akhir tahun ini semakin menantang sebab dari evaluasi tahun ke tahun lonjakan wisatawan ke Bali akan tinggi, sehingga yang menjadi sorotan adalah daerah berpotensi bencana yang sekaligus objek wisata.
“Banjir kemarin jadi pelajaran, ada BTS yang mati tapi syukur cepat pulih, sedangkan data pengguna tinggi mungkin karena banyak yang di rumah dan butuh komunikasi kami amati,” kata dia
“Jadi nanti titik-titik yang kami siapkan antisipasinya adalah area tempat wisata seperti daerah pantai, di Kuta, Canggu, Nusa Dua, dan ada juga Ubud, kemarin sudah kami perbaiki semua supaya ketika nanti akhir tahun banyak orang, kita jaringannya masih bisa menampung,” sambung Mardiono.
Jika berkaca dari periode libur dan data BMKG, tanggal rawan yang dipetakan operator seluler ini adalah 25 Desember 2025 dan 1 Januari 2026, namun pergerakan kebutuhan akan mulai meningkat sejak 20 Desember hingga 4 Januari.
Di periode itu, selain mitigasi jaringan, Indosat juga berencana menurunkan personel ke titik-titik padat wisatawan atau kegiatan menyambut tahun baru.
Mereka akan merekam kepadatan aktivitas pengguna layanan dan dengan teknologi kecerdasan artifisial (AI) data itu akan diterjemahkan di pusat komando untuk memastikan keandalan di titik tersebut.
Kepada masyarakat di Bali, ketika jaringan turun di situasi musim hujan ekstrem atau saat merayakan Nataru, Mardiono meminta tak panik karena umumnya penyedia layanan tidak akan diam.
Head of Circle Java Indosat Ooredoo Hutchison Fahd Yudhanegoro menambahkan untuk operatornya siap menyambut periode ini, apalagi saat ini mereka telah memiliki hampir 8 ribu menara BTS.
Bahkan meski dibarengi musim hujan, ia meyakini akan terjadi kenaikan pengguna layanan hingga 17 persen di periode kali ini.
Pewarta: Ni Putu Putri Muliantari
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































