Meski berkurang, sungai Jakarta masih masuk kategori tercemar

5 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Hasil identifikasi Indeks Pencemar (IP) menunjukkan bahwa pada 2024, sungai di Jakarta dengan kategori "cemar berat" berkurang menjadi "cemar sedang".

Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Erni Pelita Fitratunnisa mengungkapkan kondisi "cemar berat" mendominasi pada tahun 2021 hingga 2023. Namun, pada tahun 2024 statusnya menjadi "cemar sedang".

“Secara keseluruhan, mutu air sungai Jakarta selama empat tahun terakhir masih dominan 'cemar berat' pada 36 persen hingga 71 persen titik pemantauan. Ini menandakan perlunya intervensi pengelolaan limbah dan perbaikan tata kelola air limbah domestik dan industri,” kata Erni di Jakarta, Jumat.

Erni menjelaskan, penyebab sungai di Jakarta tercemar karena sebagian besar air limbah dari kegiatan mencuci, mandi dan limbah rumah tangga (greywater).

Air cucian piring serta air bekas memasak langsung dibuang oleh warga ke saluran air tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu. Tumpukan sampah di pinggir sungai juga menjadi sumber pencemar.

Hal tersebut dilakukan, lanjut Erni, karena masih banyak rumah di pemukiman padat dan kumuh belum memiliki sistem pengolahan limbah yang layak.

Baca juga: Normalisasi Sungai Ciliwung diminta prioritas untuk kurangi banjir

Baca juga: Wagub DKI pengerukan sungai dan waduk bukan sekedar pencitraan

“Seluruh limbah tersebut langsung dibuang, sehingga mencemari badan air,” katanya.

Bukan hanya dari kalangan pemukiman padat penduduk, kondisi serupa pun terjadi di kegiatan usaha seperti pabrik tahu, binatu, peternakan, rumah pemotongan hewan, restoran dan bengkel yang belum memiliki sistem pengolahan limbah dengan baik.

“Kami juga akan berkoordinasi dengan instansi pembina baik SKPD/UKPD maupun Lurah, Camat dan Walikota setempat untuk membina pelaku usaha UMKM untuk pengelolaan lingkungan dengan baik,” ujarnya.

Beberapa pasar pun, ungkap Erni, tidak memiliki sistem pengolahan limbah yang baik. Air buangan dari aktivitas jual beli seperti daging, sayuran, bahkan limbah organik langsung mengalir ke sungai dengan kandungan pencemar yang sangat tinggi.

Baca juga: Normalisasi Sungai Ciliwung harus rampung tahun 2028

Baca juga: DKI kerahkan pasukan oranye untuk angkut sampah di sungai

Dia pun menekankan pentingnya setiap pelaku usaha terhubung dengan jaringan pengolahan air limbah terpadu.

Upaya ini bisa mengurangi zat pencemar dalam air sehingga mencapai baku mutu yang aman untuk lingkungan.

Lebih lanjut, pihaknya akan meningkatkan langkah penanganan dan pencegahan melalui pendekatan kolaboratif dan terintegrasi, seperti melakukan edukasi di kawasan padat penduduk dan kegiatan usaha.

Termasuk melakukan penegakkan hukum kepada pelaku usaha yang tidak mengelola limbahnya dengan baik.

“Pemprov DKI Jakarta akan memperluas jaringan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik melalui skema kerja sama lintas sektor. Melakukan penertiban kegiatan usaha yang belum memiliki sistem pengolahan limbah,” kata Erni.

Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Ade irma Junida
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |