Samarinda (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Provinsi Kalimantan Timur berhasil mengembangkan suplemen kesehatan berbahan dasar minyak ikan haruan sebagai terobosan inovatif untuk menekan angka prevalensi stunting di daerah tersebut.
"Penemuan pil anti stunting haruan merupakan hasil penelitian yang kami lakukan bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Samarinda (STIKSAM) program studi farmasi," kata Kepala BRIDA Kaltim Fitriansyah di Samarinda, Senin.
Fitriansyah menjelaskan bahwa proses riset mendalam ini telah berlangsung secara intensif hingga tiga tahun terakhir dan hasil akhirnya telah rampung sepenuhnya pada tahun ini.
"Produk hasil inovasi peneliti lokal tersebut dikemas secara praktis dalam bentuk kapsul," katanya.
Penelitian ini berawal dari keprihatinan pemerintah terhadap permasalahan stunting di daerah yang angkanya dinilai masih kurang memuaskan sehingga memerlukan intervensi teknologi tepat guna.
Guna mengatasi persoalan tersebut, BRIDA mencoba menggali berbagai potensi unggulan daerah yang sekiranya dapat dimanfaatkan sebagai solusi kesehatan masyarakat.
Baca juga: Mahasiswa UGM berinovasi kembangkan makanan tambahan anti-stunting
Para peneliti menemukan fakta bahwa dibandingkan minyak ikan patin atau minyak ikan sungai lainnya, kandungan minyak dalam ikan haruan terbukti paling unggul dan efektif untuk penanganan kasus stunting.
Tim gabungan dari BRIDA dan STIKSAM Farmasi kemudian bergerak cepat membuat formulasi campuran beberapa jenis haruan oil dengan bahan pendukung lainnya untuk menciptakan komposisi terbaik.
"Pil anti stunting ini telah melalui tahap uji coba pada hewan tikus dengan menunjukkan hasil efikasi yang sangat bagus," kata Fitriansyah.
Kualitas ilmiah dari penelitian ini juga telah mendapatkan pengakuan akademik karena hasilnya telah berhasil diterbitkan dalam jurnal berskala internasional yang kredibel.
Terkait legalitas produk, BRIDA saat ini sedang dalam tahap pengurusan izin edar pil anti stunting haruan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) untuk menjamin keamanan konsumsi.
"Selain perizinan edar, proses paten untuk produk intelektual ini juga sedang berjalan sesuai prosedur hukum," ungkapnya.
Kendala teknis industri massal saat ini adalah ketiadaan pabrik obat di Kalimantan Timur, sehingga kapsul inovatif ini terpaksa harus diproduksi wilayah Magelang, Jawa Tengah.
"Pemanfaatan ikan haruan sebagai bahan dasar obat herbal ini sekaligus mengangkat potensi unggulan Kalimantan Timur, mengingat populasi ikan ini sangat melimpah di daerah hulu sungai," demikian Fitriansyah.
Baca juga: Dodol Garut daun kelor, olahan anti-stunting buatan Puskesmas Pasundan
Baca juga: Brida Kaltim identifikasi potensi ekonomi 16 wilayah peri urban IKN
Pewarta: Ahmad Rifandi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































