Amartha jaring investor global genjot potensi usaha mikro Indonesia

3 hours ago 2
Kami berkontribusi menstimulasi kepercayaan investor global melihat Indonesia masih masif untuk investasi terutama segmen akar rumput

Nusa Dua, Bali (ANTARA) -

Perusahaan teknologi finansial (Tekfin) Amartha menjaring investor global untuk menggenjot potensi usaha mikro yang menjadi akar rumput ekonomi Indonesia melalui Asia Grassroots Forum 2025 pada 21-23 Mei di Nusa Dua, Bali.

“Kami ikut berkontribusi menstimulasi kepercayaan investor global melihat Indonesia ini skalanya masih masif untuk investasi terutama segmen akar rumput,” kata Pendiri dan CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra di sela pembukaan Asia Grassroots Forum 2025 di Nusa Dua, Bali, Kamis.

Ia menjelaskan pelaksanaan tahun kedua forum ekonomi di Pulau Dewata itu diikuti sekitar 700 orang peserta salah satunya para investor dalam dan luar negeri.

Saat ini, lanjut dia, perusahaan pinjam meminjam daring (peer to peer lending/P2P lending) itu memiliki kerja sama dengan beragam penanam modal/institusi asing di antaranya dari Eropa seperti Swedia, Finlandia, dan Belgia dalam bentuk fasilitas akses permodalan dengan total investasi diperkirakan mencapai 55 juta dolar AS.

Kemudian lembaga keuangan dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, Singapura serta investor dari dalam negeri di antaranya dari perusahaan modal ventura dan BUMN perusahaan telekomunikasi dan perbankan, perbankan global, hingga bank digital.

Ia mengharapkan dukungan investor global itu mendukung kinerja usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang masih menghadapi tantangan baik di tanah air maupun di level regional ASEAN.

Tantangan itu mulai akses pembiayaan, pasar, rantai pasok, hingga literasi keuangan yang masih rendah khususnya usaha mikro di pedesaan.

Padahal, ekonomi akar rumput itu memiliki peran penting mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dan kawasan Asia Tenggara.

Sejak berdiri pada 2010, pihaknya telah menyalurkan modal usaha sekitar Rp35 triliun kepada 3,3 juta pelaku UMKM, sebanyak 90 persen di antaranya dijalankan oleh perempuan di seluruh Indonesia.

Pihaknya menilai dari sisi kualitas debitur UMKM itu hingga saat ini masih terjaga pada kisaran yang baik yakni tiga persen angka kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

Salah satu bank global yang mendukung ekonomi akar rumput melalui Amartha adalah Standard Chartered (SC) Indonesia yang kini menjangkau segmentasi UMKM.

CEO SC Indonesia Donny Donosepoetro menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan perusahaan tekfin itu sebesar Rp700 miliar mencakup 90 ribu wirausaha UMKM sejak dua tahun lalu.

Sementara itu, Komisaris Utama Amartha Rudiantara menjelaskan usaha mikro tergolong stabil dan justru memiliki prospek positif di tengah tantangan ekonomi global.

Meski begitu industri rintisan (start up) baik di Indonesia dan beberapa negara di kawasan ASEAN saat ini juga menghadapi tantangan terkait pendanaan dari investor.

Menteri Komunikasi dan Informatika RI 2014-2019 itu mengungkapkan pada kuartal pertama 2024 suntikan modal dari investor kepada perusahaan rintisan teknologi keuangan di tanah air mencapai sekitar 1,2 juta dolar AS.

Namun, jumlah suntikan modal terus menurun hingga kuartal pertama 2025 mencapai 30 juta dolar AS.

Ia mendorong perusahaan rintisan meningkatkan tata kelola di antaranya mencakup peningkatan transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independensi dan adil.

“Untuk bisa menarik investor maupun lembaga keuangan bukan perkara mudah karena itu perusahaan teknologi keuangan harus punya tata kelola yang sesuai dengan prinsip good governance dalam menjalankan fungsi intermediasi,” ucapnya.

Baca juga: Penenun lansia binaan Amartha tembus pasar global

Baca juga: UMKM Amartha raih omzet Rp100 juta per bulan dari usaha ternak cacing

Baca juga: Amartha telah salurkan Rp28 triliun untuk dukung UMKM pedesaan

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |