Roma (ANTARA) - Tiga situs baru di China secara resmi diakui oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Sistem Warisan Pertanian Penting secara Global (Globally Important Agricultural Heritage Systems/GIAHS) pada Rabu (21/5).
Tiga situs yang baru ditetapkan tersebut adalah Sistem Perikanan Komposit Kerang Mutiara Air Tawar Deqing di Provinsi Zhejiang, Sistem Budi Daya Teh Putih Fuding di Provinsi Fujian, dan Sistem Perkebunan Pir Kuno Shichuan Gaolan di Provinsi Gansu. Dengan penambahan ini, China semakin mengukuhkan posisinya sebagai negara dengan jumlah situs GIAHS terbanyak di dunia, yang kini mencapai 25 lokasi.
Sistem Deqing yang berusia 800 tahun, yang difokuskan pada budi daya kerang mutiara, memadukan akuakultur, pertanian, dan kerajinan tradisional. Situs tersebut menghasilkan mutiara, beras, sutra, dan produk-produk lainnya. Sistem sirkular tersebut menawarkan wawasan global yang berharga tentang pertanian berkelanjutan, keseimbangan ekologis, serta pembangunan pedesaan, demikian disampaikan oleh FAO.
Sementara itu, Sistem Budi Daya Teh Putih Fuding yang telah berusia berabad-abad memadukan pengetahuan ekologi dengan praktik artisanal. Situs tersebut mengintegrasikan perkebunan teh dengan hutan dan tanaman, serta melestarikan 18 jenis pohon teh.
Selain teh, sistem tersebut juga mendukung lebih dari 120 spesies pertanian lainnya, yang berkontribusi terhadap keanekaragaman hayati dan ketahanan sistem pangan.
"Sistem warisan pertanian merupakan contoh nyata keharmonisan antara manusia dan alam yang telah tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi serta memiliki banyak hal yang dapat diajarkan kepada kita di saat kita beradaptasi dengan masa depan yang tidak pasti," tutur Kaveh Zahedi, direktur Kantor Perubahan Iklim, Keanekaragaman Hayati, dan Lingkungan di FAO.
Sistem Perkebunan Pir Kuno Shichuan Gaolan, yang terletak di sepanjang Sungai Kuning di Dataran Tinggi Loess yang gersang, memiliki sejarah agroforestri lahan kering selama 600 tahun. Situs tersebut menggunakan teknik-teknik yang disesuaikan dengan kelangkaan air dan tanah yang rawan erosi, mendukung keanekaragaman hayati pertanian, ketahanan pangan, serta mata pencaharian pedesaan. Sistem tersebut menghasilkan lebih dari 2 juta kilogram buah pir setiap tahunnya, yang digunakan untuk menghasilkan makanan khas setempat, seperti buah pir kering.
"Sistem warisan pertanian merupakan contoh nyata keharmonisan antara manusia dan alam yang telah tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi serta memiliki banyak hal yang dapat diajarkan kepada kita di saat kita beradaptasi dengan masa depan yang tidak pasti," tutur Kaveh Zahedi, direktur Kantor Perubahan Iklim, Keanekaragaman Hayati, dan Lingkungan di FAO
Situs-situs GIAHS yang baru diakui lainnya di luar China meliputi sistem erva mate yang ditanam di tempat teduh di Parana, Brasil; sistem pertanian leluhur metepantle (sistem terasering menggunakan agave) di Tlaxcala, Meksiko; dan sistem pertanian di pasir vulkanis dan jable di Pulau Lanzarote, Spanyol.
Dengan penambahan situs-situs terbaru ini, jaringan warisan pertanian global FAO kini mencakup 95 sistem di 28 negara.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025