Makassar (ANTARA) - Ketua Tim Peneliti Unhas Dr Sawedi Muhammad menekankan pentingnya pengelolaan Karst Rammang-Rammang dilakukan dengan pendekatan Environmental, Social, and Governance (ESG) atau standar dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan.
Sawedi dalam keterangannya di Makassar, Kamis, menyampaikan kawasan Karst Rammang-Rammang di Kabupaten Maros, Sulsel mengandung nilai arkeologis, kultural, dan biodiversitas yang tinggi.
Seiring meningkatnya arus pariwisata dan pembangunan, kata dia, maka tantangan dalam menjaga keseimbangan antara konservasi, partisipasi masyarakat lokal dan keberlanjutan lingkungan semakin nyata.
Penerapan prinsip ESG serta pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan dalam konteks pengelolaan kawasan karst juga membutuhkan pendekatan kolaboratif dan adaptif.
“Pendekatan ESG dapat menjadi kerangka kerja strategis untuk menjaga keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan,” papar Sawedi.
Menurut dia, penyelenggaraan pertemuan dan diskusi atau FGD bertema “Navigasi Keberlanjutan dan Tantangan ESG di Kawasan Rammang-Rammang: Keseimbangan Partisipasi Masyarakat Lokal dan Konservasi Karst” merupakan wadah untuk menggali pandangan strategis.
"Jadi FGD sebagai wadah dari berbagai pemangku kepentingan, guna memperkuat tata kelola kawasan berbasis partisipasi dan keberlanjutan," katanya.
Sementara Bupati Maros, H.A.S. Chaidir Syam menyampaikan apresiasi atas inisiatif kolaboratif antara Unhas dan pemerintah daerah.
Ia menjelaskan, pelibatan akademisi sangat penting dalam menjaga kelestarian kawasan Rammang-Rammang sekaligus meningkatkan nilai sosial dan ekonomi masyarakat.
“Melalui diskusi bersama masyarakat kami mengharapkan ada inovasi yang bisa kita gagas untuk menjaga dan melestarikan kawasan Karst Rammang-Rammang,” katanya.
Rammang-Rammang adalah salah satu ikon pariwisata Sulsel. Kawasan wisata ini terletak di Desa Salenrang, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros.
Destinasi wisata Rammang-Rammang menawarkan panorama indah dari gugusan pegunungan karst (pegunungan kapur) yang gagah dan menawan. Rangkaian pegunungan karst ini disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia setelah Chilind di China dan Tsingy di Madagaskar.
Kawasan ini bahkan telah diakui oleh UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia (World heritage site).
Baca juga: Badan Geologi Kementerian ESDM dorong bentang karst dilindungi
Baca juga: Penetapan Global Geopark Maros-Pangkep dorong penguatan industri hijau
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025