Jakarta (ANTARA) - Pasien moyamoya setelah menjalani operasi disarankan menjalani terapi okupasi untuk memulihkan fungsi organ tubuhnya.
Terapis okupasi Handayani Andri, AMd.OT dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional dr. Mahar Mardjono Jakarta menyampaikan pentingnya terapi okupasi untuk mendukung pemulihan pasien setelah menjalani operasi.
"Pasien yang baru didiagnosa moyamoya, sudah melakukan tindakan langsung mendapatkan terapi, pasiennya pasti akan lebih baik (pemulihannya) dibandingkan pasien yang memang diam diri di rumah," katanya dalam acara diskusi daring yang diikuti dari Jakarta, Kamis.
"Jadi, tindakan dari medis sama tindakan rehabilitasi itu sebaiknya berjalan berdampingan," kata terapis yang biasa disapa Lia itu.
Lia menyampaikan bahwa penilaian kondisi tubuh dan limitasi akan dilakukan sebelum terapi okupasi dilakukan pada pasien moyamoya.
Setelah asesmen dilakukan, program rehabilitasi akan dirancang sesuai dengan kebutuhan agar pasien bisa kembali melakukan aktivitas sebagaimana sebelum sakit.
Lia menjelaskan, terapi okupasi bisa dilakukan pada pasien moyamoya semua usia untuk mendukung pemulihan pasca-stroke.
Terapi okupasi juga mencakup pembekalan kepada orang yang bertugas merawat pasien di rumah mengenai kebutuhan modifikasi lingkungan rumah dan alat bantu untuk membantu pasien moyamoya.
"Terapi okupasi juga mengajari pengasuh, orang tua, atau orang-orang yang terkasih di sekitar pasien itu untuk membantu pasien," kata Lia.
"Membantunya bukan membantu full, tapi lebih ke arah membantu memotivasi pasien supaya dia lebih mandiri," ia menambahkan.
Baca juga: Kenali gejala moyamoya pada orang muda
Dalam penanganan pasien moyamoya usia anak-anak, Lia mengatakan, terapi okupasi bisa meliputi pelatihan fungsi memori bagi yang mengalami gangguan dalam berpikir.
Ia menyampaikan bahwa pada pasien anak terapi dapat dilakukan untuk membantu memperbaiki tumbuh kembang, menangani gangguan psikososial, dan mempersiapkan anak untuk kembali bersekolah.
Pada pasien dewasa, ia melanjutkan, terapi okupasi biasanya dilakukan untuk mengatasi masalah keterbatasan fisik dan mental akibat gangguan syaraf.
Terapi okupasi bisa dilakukan di rumah sakit maupun klinik sesuai dengan kebutuhan pasien, tetapi harus tetap dalam pengawasan dokter dan tenaga medis.
Baca juga: Langkah cegah stroke berulang pada pasien moyamoya
Penyakit moyamoya adalah gangguan kronis pada otak yang ditandai dengan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah arteri, yang bertugas menyalurkan darah ke bagian-bagian tubuh termasuk otak.
Seiring dengan penyempitan pembuluh darah utama, aliran darah ke otak menjadi berkurang. Kondisi yang demikian membuat tubuh menjalankan mekanisme pertahanan dengan mengembangkan pembuluh darah kecil baru untuk menghindari dan mengimbangi penyumbatan.
Moyamoya dapat mempengaruhi fungsi otak, menyebabkan keterlambatan perkembangan kognitif, serta memicu stroke dan kerusakan otak permanen.
Baca juga: Tujuh kebiasaan buruk yang bisa memicu stroke
Baca juga: Pasien pascastroke disarankan terapkan pola makan DASH
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2025