Mendukbangga: Bonus demografi bisa dituai dari pembangunan keluarga

4 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengemukakan bonus demografi bisa dituai dari pembangunan keluarga yang terukur.

Dalam Rapat Koordinasi Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting serta Gelar Pengawasan Nasional Tahun 2025 di Jakarta, Senin, ia menyebutkan pentingnya Grand Design Pembangunan Keluarga (GDPK).

"Penduduk harus dikelola agar tumbuh seimbang, didasarkan pada suatu GDPK yang dijadikan framework (kerangka kerja) dalam pembangunan," katanya.

Ia menjelaskan, fokus pemerintahan Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto saat ini pada sektor kependudukan dan pembangunan keluarga yakni mengoptimalkan peluang bonus demografi untuk menggapai Indonesia Emas 2045.

Wihaji juga menyebutkan arti penting bonus demografi yang saat ini sedang dinikmati Indonesia. Periode ini, menurutnya, menjadi periode krusial yang harus dimanfaatkan untuk mencapai pembangunan Indonesia Emas 2045.

“Dalam rangka apitalisasi bonus demografi, maka masyarakat Indonesia harus berkualitas dan itu dimulai dari proses pembangunan keluarga," ujar dia.

Selain itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia juga harus dilakukan sejak dini secara holistik integratif berdasarkan pendekatan siklus kehidupan, di antaranya melalui pelayanan antenatal yang cukup, termasuk nutrisi dan gizi seimbang untuk pasangan usia subur untuk mengurangi angka kematian bayi.

Sementara bagi balita dan anak SD, peningkatan kualitas dapat dilakukan dengan pemberian makanan tambahan dan susu (gizi seimbang). Sedangkan bagi remaja, berupa pemberian konseling kesehatan termasuk kesehatan reproduksi.

Kemudian, bagi lanjut usia (lansia) dapat melalui intervensi active aging atau peningkatan kualitas kesehatan berdasarkan karakteristik lansia agar mereka tetap produktif di masa tua.

Kemendukbangga/BKKBN melaksanakan lima program terbaik hasil cepat atau quick wins untuk peningkatan kualitas SDM, yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting) dengan target 1 juta Keluarga Berisiko Stunting (KRS) dengan memberikan bantuan nutrisi dan non nutrisi; Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) sebagai daycare unggul terstandarisasi dengan pengasuh tersertifikasi, psikolog anak dan dokter anak serta laporan tumbuh kembang anak.

Selanjutnya, yakni Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI) sebagai gerakan optimalisasi peran ayah untuk menjawab fenomena fatherless dengan layanan konseling dan konsorsium komunitas Ayah Teladan; Lansia Berdaya (Sidaya), yang merupakan layanan datang ke rumah atau homecare berbasis komunitas untuk lanjut usia seperti layanan kesehatan gratis di Puskesmas dan RSUD tanpa rujukan, dan pemberdayaan lansia sesuai kapasitas. Berikutnya, yakni AI SuperApps Keluarga berisi konsultasi problematika keluarga, anak, konselor berbasis akal imitasi (AI).

"Dengan quick wins tersebut kita berupaya agar keluarga kita menjadi keluarga yang tangguh. Kemendukbangga harus hadir dalam mendampingi setiap keluarga Indonesia agar siap dalam menghadapi bonus demografi," demikian Wihaji.

Baca juga: Respons "Fantasi Sedarah", Mendukbangga tekankan perubahan perilaku

Baca juga: Mendukbangga pastikan Tamasya kurangi risiko kekerasan di "daycare"

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |