Jakarta (ANTARA) - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam mencatat peningkatan kontribusi terhadap Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP), pajak, dan royalti yang ditopang penjualan emas dan hilirisasi hingga Rp4,8 triliun atau tumbuh 43 persen dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp3,36 triliun.
Direktur Utama Antam Nico Kanter di Jakarta, Senin, menjelaskan, pencapaian ini merupakan hasil dari strategi manajemen yang adaptif terhadap dinamika pasar serta optimalisasi kinerja operasional yang berkelanjutan.
“Antam berhasil menunjukkan daya saing dan resiliensi tinggi di tengah fluktuasi harga komoditas serta perubahan regulasi. Kami tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dan mencetak kinerja keuangan terbaik sepanjang sejarah perusahaan,” kata Nico.
Lebih lanjut Nico menyatakan, emas menjadi kontributor utama pendapatan pihaknya tahun ini, dengan nilai mencapai Rp57,56 triliun atau melonjak 120 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp26,12 triliun.
Adapun kenaikan ini didorong oleh harga emas dunia yang menguat serta meningkatnya permintaan di pasar domestik.
Ia menyatakan volume penjualan emas BUMN dengan kode saham ANTM itu turut mencatat rekor tertinggi, mencapai 43,74 ton atau tumbuh 68 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 26,13 ton.
Disampaikannya, seluruh penjualan ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
“Kami bersyukur masyarakat Indonesia terus menjadikan produk logam mulia Antam sebagai pilihan utama dalam berinvestasi emas. Hal ini terlihat dari tingginya angka penjualan yang seluruhnya disalurkan ke pasar domestik,” ujar Nico.
Selain emas, segmen nikel juga tetap menjadi penopang pendapatan Antam dengan kontribusi sebesar Rp9,50 triliun atau sekitar 14 persen dari total pendapatan perusahaan.
Meski sempat dihadapkan pada tantangan pasar dan hambatan perizinan di awal tahun, segmen ini tetap menunjukkan performa yang solid.
Nico mengatakan, dengan kinerja keuangan yang terus meningkat dan kontribusi signifikan terhadap keuangan negara, Antam membuktikan perannya sebagai BUMN strategis dalam mendorong hilirisasi dan memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Sementara itu, Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menyatakan kenaikan kontribusi Antam tak lepas dari tren kenaikan harga komoditas global, terutama emas, serta keberhasilan perusahaan dalam mengimplementasikan hilirisasi.
"Sebagai BUMN, kinerja bisnis yang baik otomatis berdampak pada kontribusi ke negara. Ini menjadi contoh positif bagi BUMN lain yang menjalankan hilirisasi, karena mampu memperkuat APBN," ujarnya.
Disampaikannya, kinerja baik ini tercermin pula dalam pencapaian pendapatan tertinggi sepanjang sejarah Antam. Pada tahun buku 2024, perusahaan itu membukukan pendapatan sebesar Rp69,19 triliun dengan laba tahun berjalan mencapai Rp3,85 triliun atau tumbuh 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp3,08 triliun.
Baca juga: MIND ID lakukan pengiriman emas perdana Freeport-ANTAM
Baca juga: ANTAM masuk JIIPE, perkuat daya saing dan dorong hilirisasi mineral
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025