Memperkuat benteng padat karya di jantung kawasan industri

2 weeks ago 9
Membangun kekuatan bersaing industri nasional bukan lagi pilihan, melainkan keharusan mutlak demi pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan kesejahteraan rakyat

Jakarta (ANTARA) - Sektor manufaktur, yang merupakan penopang utama perekonomian dan penyedia lapangan kerja terbanyak atau sektor intensif tenaga kerja, terus dilemahkan oleh serangkaian kendala struktural.

Permasalahan ini meliputi fluktuasi harga bahan baku impor akibat gejolak nilai tukar rupiah, beban operasional yang membengkak (termasuk logistik dan energi), hingga tekanan pasar yang tak terhindarkan dari produk ilegal yang masuk dengan harga predatory.

Kelemahan ini diperparah oleh kenyataan bahwa mayoritas pelaku usaha lokal masih terjerat dalam lingkaran kesulitan modal, menghadapi tumpukan regulasi yang membingungkan, dan ketidakpastian dalam proses perizinan.

Meskipun Indonesia telah memiliki 175 Zona Manufaktur, sebagaimana tercatat dalam laporan Ditjen KPAII Kementerian Perindustrian kepada DPR RI, optimalisasi kawasan tersebut terhambat oleh minimnya infrastruktur pendukung di luar zona industri.

Persoalan fundamental tentang kompetitivitas industri nasional yang telah mencapai titik kritis menjadi agenda utama yang disuarakan kembali di lingkungan legisatif setelah menerima masukan dari berbagai asosiasi.

Oleh karena itu, strategi paling realistis saat ini adalah mengubah paradigma: Dari berfokus pada penciptaan ekosistem baru menjadi penguatan dan perlindungan lingkungan usaha yang sudah mapan. Itu diwujudkan melalui peningkatan pertahanan digital pasar, penjaminan modal kerja pro-Industri Kecil Menengah (IKM), dan penataan ulang tata niaga bahan baku domestik.

Jika pemerintah gagal merespons tantangan ini melalui solusi yang pragmatis dan hemat biaya, bukan lagi sekadar wacana pembangunan infrastruktur bernilai triliunan, maka harapan untuk mewujudkan sektor penyerap tenaga kerja yang tangguh hanya akan berakhir sebagai ilusi di tengah ancaman defisit perdagangan yang kronis.

Kita tidak butuh kebijakan tambal sulam yang hanya memindahkan beban dari satu institusi ke institusi lain. Solusi harus difokuskan pada titik nyeri pelaku IKM—yaitu beban operasional yang melambung dan kurangnya perlindungan pasar.

Pendekatan yang paling efektif haruslah bersifat konstruktif, mengejar solusi cepat (low-hanging fruit), dan secara langsung berdampak pada peningkatan kesejahteraan rakyat melalui sektor industri berbasis sumber daya manusia.

Meskipun ide-ide besar seperti pembentukan dana abadi negara atau proyek infrastruktur berskala masif terdengar ambisius, implementasinya menghadapi kendala anggaran yang besar dan dampak jangka panjang yang belum pasti terhadap daya beli masyarakat.

Inilah mengapa solusi haruslah konstruktif, berbiaya rendah, dan realistis. Tiga pilar solusi yang harus diutamakan, yaitu peningkatan pertahanan digital pasar, penjaminan modal kerja pro-IKM, dan penataan ulang tata niaga bahan baku domestik. Inilah fondasi paling kokoh untuk menjaga keunggulan kompetitif dan menggerakkan roda ekonomi nasional.

Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |