London (ANTARA) - Lebih dari 20 negara bersama Uni Eropa mendesak Israel untuk segera mencabut blokade terhadap pengiriman bantuan ke Jalur Gaza dan mengizinkan PBB serta organisasi kemanusiaan bekerja secara independen dan netral.
Dalam pernyataan bersama, para menteri luar negeri dari negara-negara seperti Australia, Kanada, Jepang, dan Prancis menegaskan bahwa warga Gaza menghadapi kelaparan dan harus segera menerima bantuan yang sangat mereka butuhkan.
Pernyataan itu juga menyinggung keputusan kabinet keamanan Israel yang disebut telah menyetujui model baru pengiriman bantuan ke Gaza -- model yang tidak dapat didukung oleh PBB dan mitra kemanusiaannya.
“Prinsip kemanusiaan berlaku di setiap konflik di seluruh dunia dan harus diterapkan secara konsisten di setiap zona perang,” demikian bunyi pernyataan tersebut.
“Bantuan kemanusiaan tidak boleh dipolitisasi, dan wilayah Palestina tidak boleh dikurangi ataupun dikenakan perubahan demografi apa pun,” lanjutnya.
Sebagai para donor kemanusiaan, negara-negara tersebut menyampaikan dua pesan tegas kepada Pemerintah Israel: pertama, izinkan pengiriman penuh bantuan kemanusiaan ke Gaza segera; kedua, beri keleluasaan kepada PBB dan organisasi kemanusiaan untuk bekerja secara independen dan netral guna menyelamatkan nyawa, mengurangi penderitaan, dan menjaga martabat manusia.
Pernyataan bersama itu juga menekankan perlunya gencatan senjata segera dan mengupayakan penerapan solusi dua negara, yang dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk mewujudkan perdamaian dan keamanan bagi warga Israel dan Palestina, serta memastikan stabilitas jangka panjang bagi kawasan.
Pernyataan itu ditandatangani oleh pejabat Uni Eropa dan menteri luar negeri dari Australia, Kanada, Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Islandia, Irlandia, Italia, Jepang, Latvia, Lituania, Luksemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Portugal, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Inggris.
Israel, yang membatalkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas pada 19 Januari lalu, telah menutup semua perlintasan ke Gaza sejak 2 Maret, menghentikan pengiriman makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan --langkah yang semakin memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Kantor Pemimpin Otoritas Benjamin Netanyahu pada Minggu menyatakan bahwa Tel Aviv akan mengizinkan masuknya “sejumlah makanan dasar” bagi warga Gaza “untuk mencegah krisis kelaparan.”
Ia menambahkan bahwa kelaparan bisa “menghambat kelanjutan Operasi Gideon's Chariot,” yakni fase baru dari ofensif darat Israel di Gaza utara dan selatan.
Sejak Oktober 2023, militer Israel telah melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 53.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Sumber: Anadolu
Baca juga: Blokade Israel memburuk, PBB: 160.000 paket bantuan siap masuk Gaza
Baca juga: PBB: 2,1 juta warga Gaza terancam kelaparan akibat blokade Israel
Baca juga: UNRWA: Blokade Israel merusak secara permanen kehidupan warga Gaza
Penerjemah: Primayanti
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025