Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN menyampaikan hasil pendataan keluarga tahun 2025 yang menunjukkan bahwa persentase fatherless atau hilangnya peran ayah dalam keluarga lebih tinggi pada kepala keluarga yang tidak bekerja.
Data menunjukkan bahwa keluarga dengan kepala keluarga yang tidak bekerja memiliki angka fatherless yang lebih tinggi (63 persen) dibandingkan kepala keluarga yang bekerja (24,1 persen).
"Sekitar satu dari empat keluarga yang memiliki anak di Indonesia atau 25,8 persen mengalami fatherless. Hilangnya peran ayah secara ekonomi menjadi salah satu yang meningkatkan risiko tersebut," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan pendataan keluarga tahun 2025, angka fatherless paling tinggi menurut provinsi yakni Papua Pegunungan (50,2 persen), disusul Papua Selatan (40,1 persen), Papua Tengah (39,4 persen), dan Papua (30,4 persen).
Baca juga: Hilangnya sosok ayah berpengaruh pada mental anak
Selain Papua, angka fatherless yang tinggi juga dialami oleh Provinsi Sumatra Utara (30,4 persen), Sumatra Barat (28,5 persen), Jawa Barat (29,5 persen), dan Sulawesi Selatan (28,1 persen). Sementara itu, Bali menduduki proporsi terendah sebesar 15,1 persen.
Untuk itu, Wihaji menekankan pentingnya literasi pengasuhan ayah, penguatan layanan konseling keluarga di tingkat desa dan kelurahan sehingga dapat meningkatkan peran ayah dalam keluarga dan lingkungan.
Selain itu, pendataan keluarga juga memotret angka fatherless di pedesaan yang lebih tinggi daripada di perkotaan. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh sebagian besar kepala keluarga di pedesaan yang harus mencari pendapatan di perantauan.
"Jadi bapaknya rata-rata mencari rezeki di luar kota yang mempengaruhi fatherless. Berdasarkan data tadi memang lebih banyak di pedesaan, sekitar 26,3 persen karena orang tua, khususnya bapak mencari kerja di rantauan, sedangkan di perkotaan 25,4 persen," ucap Wihaji.
Baca juga: Menjadi ayah yang hadir utuh untuk anak
Oleh karena itu, Mendukbangga menegaskan pentingnya menggunakan teknologi untuk tetap menjalin komunikasi antara ayah dengan anak.
"Tentu ada beberapa indikator yang itu kita hormati, tetapi mungkin komunikasi yang ada sekarang dengan teknologi mesti lebih dieratkan, biar tidak ada suasana kesepian kehilangan sosok ayah. Jadi, walaupun jauh saya minta tolong sempatkan komunikasi, sempatkan ngobrol walaupun lewat teknologi," paparnya.
Selain faktor ayah yang bekerja jauh, tingkat fatherless di pedesaan lebih tinggi karena norma yang membatasi peran ayah sebagai pencari nafkah dan rendahnya literasi pengasuhan.
Sulitnya akses layanan serta budaya yang masih menempatkan pengasuhan pada ibu juga turut berkontribusi pada tingginya angka fatherless di Indonesia.
Baca juga: Kemendukbangga: Program SSK strategi atasi isu fatherless dan kekerasan
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































