Ambon (ANTARA) - Lembaga nirlaba Institut Leimena memberikan literasi keagamaan lintas budaya (LKLB) kepada sebanyak 40 guru beragama Islam dan Kristen di Maluku.
“Program ini adalah upaya membekali para pendidik dengan kompetensi sebagai juru damai di wilayah Maluku yang pernah dilanda konflik sosial,” kata Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dalam sesi pembukaan di Ambon, Kamis.
Ia menjelaskan, Program LKLB untuk Perdamaian merupakan kerja sama Institut Leimena dengan Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen (YPPK) Dr. JB. Sitanala, dan Sasakawa Peace Foundation dengan dukungan Yayasan Sombar Negeri Maluku dan Gereja Protestan Maluku (GPM).
Menurutnya, guru memiliki peran penting dalam proses rekonsiliasi di Maluku untuk menanamkan sikap toleransi dan mendorong kerja sama diantara kelompok agama yang berbeda.
Program LKLB untuk Perdamaian kali ini kata dia menghadirkan pendekatan baru dalam pendidikan perdamaian, yakni menggunakan musik sebagai sebuah pedagogi untuk membangun perdamaian karena Ambon telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai City of Music.
Pasalnya kata dia, Maluku masih menghadapi tantangan segregasi sosial berbasis agama akibat konflik masa lalu, sehingga diperlukan pendekatan yang relevan dengan konteks budaya masyarakat setempat. Dalam Program Perdamaian untuk LKLB ini, para guru beragama Islam dan Kristen akan dilatih menerapkan kompetensi literasi keagamaan lintas budaya dengan pendekatan musik.
Pelatihan literasi keagamaan lintas budaya untuk perdamaian pada guru di Kota Ambon, Maluku (ANTARA/Dedy Azis)“Orang Ambon suka menyanyi, dan musik merupakan bagian yang sangat dekat dengan hati mereka, karena itu kami melihat musik bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana membangun kebanggaan dan solidaritas lintas iman. Musik juga akan menjadi alat baru bagi para guru untuk mengajar murid tentang keberagaman,” ujar Matius.
Matius menjelaskan Program LKLB untuk Perdamaian ini adalah pengembangan dari program LKLB yang diadakan Institut Leimena sejak 2021 bersama lebih dari 40 mitra lembaga pendidikan dan keagamaan.
Baca juga: Institut Leimena integrasikan literasi keagamaan dan kurikulum cinta
“Program LKLB secara keseluruhan telah diikuti lebih dari 10.700 guru dari 38 provinsi di Indonesia, sedangkan khusus di Maluku, Program LKLB untuk Perdamaian sudah dimulai sejak 2024 dan telah melatih 120 guru dari SD, SMP, SMA, dan madrasah di Ambon,” tuturnya.
Pada Program LKLB untuk Perdamaian mencakup serangkaian sesi yang diisi para tokoh agama, akademisi, dan pemimpin masyarakat. Para guru akan dibimbing mengenai kompetensi pribadi LKLB untuk memperkuat pemahaman agama mereka terkait orang lain yang berbeda.
Tak hanya itu, para guru juga diajak melakukan dialog lintas agama di Masjid Raya Al-Fatah dan Jemaat GPM Bethel Klasis Kota Ambon, sebagai penguatan kompetensi komparatif LKLB dalam rangka membangun empati dan pengetahuan tentang tradisi agama orang lain.
Baca juga:
Wamendikdasmen ingatkan peran keberagaman sebagai modal sosial
Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































