G7 khawatirkan ketidakpastian ekonomi global akibat tarif Trump

7 hours ago 4

Banff, Kanada (ANTARA) - Para pemimpin keuangan G7 telah menyuarakan kekhawatiran serius terhadap meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh pemberlakuan tarif impor besar-besaran oleh Presiden AS Donald Trump.

Hal itu disampaikan sejumlah pejabat yang menghadiri pertemuan tertutup para menteri keuangan (menkeu) dan gubernur bank sentral G7—kelompok negara-negara maju dengan perekonomian terbesar—yang digelar di sebuah hotel di kawasan resor pegunungan Kanada pada Rabu (21/5).

Mereka berusaha mencari titik temu di antara negara-negara anggota G7, tetapi perbedaan pendapat tetap muncul, terutama yang berkaitan dengan tekanan terhadap Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.

Meski demikian, mereka bersepakat untuk menjaga kekompakan dalam menghadapi tantangan bersama, menurut seorang pejabat Jepang yang berbicara secara anonim.

Diskusi hari pertama berlangsung di tengah situasi bahwa AS belum menandatangani perjanjian dagang formal dengan mitra-mitra utamanya, setelah Trump pada awal April mengumumkan tarif dagang besar-besaran terhadap hampir seluruh negara di dunia.

Pendekatan Trump yang konfrontatif di bidang perdagangan telah membuat prospek ekonomi global kian tak menentu.

Namun, Amerika Serikat dan China telah setuju untuk saling mengurangi tarif setelah kedua negara mencapai kesepakatan awal dalam perundingan tingkat tinggi di Swiss pekan lalu.

Menkeu AS Scott Bessent—tokoh sentral dalam negosiasi tarif Trump dengan negara-negara lain—turut hadir dalam diskusi tersebut.

Menkeu Jepang Katsunobu Kato mengatakan kepada wartawan, dia menyampaikan dalam diskusi bahwa ketimpangan perdagangan disebabkan oleh masalah-masalah mendasar dalam ekonomi suatu negara.

Dia juga mengatakan bahwa ketimpangan itu seharusnya diatasi dengan peningkatan permintaan domestik dan pengurangan defisit anggaran, bukan dengan tarif.

Sebagai ketua G7 tahun ini, Kanada menggelar pertemuan itu sebagai persiapan menjelang KTT tahunan di Kananaskis, Kanada, yang akan diadakan kurang dari sebulan lagi.

"Ini adalah momen sangat penting bagi G7 dan dunia. Peran kami adalah mengembalikan stabilitas dan pertumbuhan,” ujar Menkeu Kanada François-Philippe Champagne, kepada wartawan sebelum pertemuan itu. "Saya kira, itulah dua tujuan utama yang ingin kami capai."

Meski ketegangan dengan AS belum reda terkait kebijakan tarif Trump, Champagne mengatakan bahwa semangat dari pertemuan G7 itu adalah "mengirimkan pesan yang kuat kepada dunia."

Para pemimpin keuangan dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa berencana merilis komunike bersama pada Kamis (22/5), hari terakhir pertemuan.

Namun, kemungkinan isi komunike itu akan terbentur pada perbedaan pandangan, terutama terkait kebijakan tarif AS.

Seorang sumber yang memahami posisi AS mengungkapkan bahwa Washington tidak akan menyetujui pernyataan bersama yang tidak selaras dengan prioritas mereka.

Dalam KTT di Italia tahun lalu, para pemimpin G7 menyatakan komitmen mereka terhadap sistem perdagangan multilateral yang bebas, adil, setara, dan transparan berdasarkan aturan.

Topik lain yang dibahas dalam pertemuan di Kanada itu adalah kelebihan kapasitas industri China dan praktik-praktik non-pasar (seperti subsidi), rencana pemulihan ekonomi Ukraina pascaperang, serta upaya memerangi kejahatan keuangan seperti pencucian uang.

Menkeu Ukraina Sergii Marchenko, yang diundang untuk mengikuti sebagian sesi diskusi secara langsung, menyatakan dalam konferensi pers bahwa pemerintahnya menyerukan sanksi yang lebih keras terhadap Rusia.

Pernyataan itu dia sampaikan di tengah lambatnya kemajuan dalam perundingan gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia.

Sumber: Kyodo-OANA​​​​​​​

​​​​​​​Baca juga: Industri otomotif Jepang desak AS cabut tarif tambahan Trump
Baca juga: BI ungkap alasan pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi RI

Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |