Bandung (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Teknologi dan Informasi Nasional (Aptiknas) menyatakan efektivitas antara laptop berbasis Chromebook dan berbasis Windows, tergantung oleh kebutuhan kompleksitas sekolah calon pengguna.
Ketua Umum Aptiknas Soegiharto Santoso mengungkapkan dari sisi biaya awal, Chromebook karena sistem operasi dan aplikasinya gratis. Namun, dalam perspektif industri TIK, Windows menawarkan nilai tambah melalui ekosistem aplikasi yang jauh lebih luas dan sudah sangat familier di kalangan sekolah.
"Meskipun model biaya Chromebook lebih ringan di awal, Windows memberikan nilai jangka panjang melalui kompatibilitas dan fleksibilitas aplikasi yang lebih besar," kata Soegiharto di sela Bisnis Forum Program SIAP oleh Kementerian Ekraf di Bandung, Senin.
Soegiharto yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (Apkomindo) menjelaskan Chromebook dengan Chrome Education Upgrade hanya memerlukan pembayaran satu kali, sementara laptop Windows dengan Microsoft Intune berbasis langganan.
Baca juga: Telkomsel dan AWS cetak ratusan talenta disabilitas mahir Cloud dan AI
Akan tetapi, lanjut dia, efektivitas masing-masing sangat bergantung pada kompleksitas kebutuhan sekolah. Di mana, Chrome OS sangat cocok untuk pengelolaan yang sederhana dan terpusat, sementara Intune lebih unggul dalam integrasi dan pengelolaan untuk lingkungan skala besar yang telah menggunakan berbagai layanan Microsoft.
Mengingat infrastruktur Indonesia yang sangat beragam, Soegiharto mengatakan, Chromebook sangat cocok untuk sekolah dengan kebutuhan standar dan berbasis cloud. Sementara Windows lebih relevan untuk kurikulum yang memerlukan variasi aplikasi, khususnya di sekolah vokasi (SMK) yang membutuhkan perangkat lunak multimedia dan engineering.
"Pada intinya, tidak ada solusi satu untuk semua, pemilihan platform harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing sekolah," ujarnya.
Dia menjelaskan Total Cost of Ownership (TCO) tidak hanya mencakup harga perangkat, tetapi juga lisensi, keamanan, pemeliharaan, dan yang terpenting kesiapan guru.
Baca juga: Menteri Komunikasi dan Digital raih penghargaan OPSI KIPP 2025
Faktor yang paling sering luput dari perhatian publik adalah biaya pelatihan dan adaptasi. Debat seringkali hanya terfokus pada harga perangkat dan lisensi, namun melupakan investasi yang diperlukan untuk melatih guru dan siswa agar dapat memanfaatkan teknologi secara optimal.
"Platform yang lebih murah tetapi tidak digunakan secara maksimal justru akan menjadi pemborosan," ucapnya.
Selain itu, tambah dia, faktor "Vendor Lock-in" atau ketergantungan pada satu ekosistem juga sering diabaikan, dan memilih sebuah platform ibarat memilih sebuah "lingkungan belajar".
"Migrasi dari satu ekosistem ke ekosistem lain di masa depan dapat memerlukan biaya dan usaha yang sangat besar. Hal inilah yang perlu dipertimbangkan secara matang sejak awal," tuturnya.
Baca juga: Indonesia dan India bersinergi mewujudkan kekuatan digital
Estimasi Penghematan
Diketahui, saat ini tengah ada polemik pengadaan Chromebook pada periode 2020-2022 yang tengah disidik Kejaksaan Agung.
Mengutip sumber Google, tidak ada biaya bulanan wajib jika hanya untuk menggunakan Chromebook: Pengguna bisa menggunakan perangkat tersebut selamanya tanpa membayar langganan, selama cukup dengan penyimpanan gratis 15 GB dan fitur standar Google, sementara OS Windows dibanderol antara 50-100 dolar AS per pengguna.
Dengan total 1,2 juta unit Chromebook yang diadakan Kemendikbudristek dalam periode tersebut, penghematan diperkirakan mencapai lebih dari Rp1,2 triliun bila dibandingkan pengadaan laptop berbasis Windows.
Selain biaya sistem operasi, aplikasi bawaan Windows seperti Microsoft Office juga memerlukan biaya perpanjangan tahunan. Adapun aplikasi dasar seperti Google Docs, Google Sheet, dan Google Slides tidak dikenakan biaya tambahan, kecuali jika sekolah membutuhkan integrasi dengan Google Workspace untuk kapasitas penyimpanan lebih besar.
Untuk pengelolaan terpusat, Chromebook membutuhkan Chrome Device Management (CDM) atau Chrome Education Upgrade dengan biaya satu kali sebesar 30 dolar AS per perangkat. Di sisi lain, perangkat Windows memerlukan Microsoft Intune for Education yang berbasis langganan dan biayanya mulai dari 8 dolar AS per bulan per pengguna.
Baca juga: Pertamina perkuat ketahanan energi nasional melalui digital hub
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

















































