Avatar: Fire and Ash sajikan pengalaman menonton 3D dengan 48fps

3 hours ago 2

Jakarta (ANTARA) - Di saat hampir semua film masih dibuat dalam 24 frame per detik (fps), 40 persen adegan dalam Avatar: Fire and Ash difilmkan dan dibuat dalam format 3D dan dengan kecepatan bingkai dua kali lipat, seperti Avatar: The Way of Water.

Penerapan High Frame Rate atau HFR – yaitu 48 bingkai per detik, diklaim karena sutradara James Cameron menyukai hasilnya, membuat gerakan menjadi lebih jelas dan halus.

"Saya suka apa yang dilakukan [HFR] untuk memperhalus pengalaman 3D," Cameron menjelaskan dilansir dari GamesRadar, Kamis.

Film Avatar Fire and Ash dibuat dengan anggaran produksi sekitar 400 juta dolar AS.

Dilansir dari flatpanelshd, Cameron menjelaskan bahwa sekitar 40 persen dari film ketiga disajikan dalam HFR 48fps. Sisanya, terutama adegan dialog, ditampilkan dalam 24fps.

"Cameron mengatakan kecepatan bingkai tinggi seharusnya tidak dianggap sebagai format. "3D adalah format. 70mm adalah format. Kecepatan bingkai tinggi adalah cara untuk meningkatkan kualitas 3D. Jadi, ini adalah alat pembuatan konten," kata Cameron dilansir dari fandomwire.

Cameron berpandangan soal menonton film 3D pada kecepatan 24fps standar menyebabkan mata cepat lelah, ia menilai itu sebenarnya diakibatkan oleh otak.

"Jadi ketika orang mengatakan mereka mengalami ketegangan mata saat menonton 3D, itu bukan ketegangan mata. Itu adalah ketegangan otak, karena kita mengintegrasikannya ke dalam persepsi stereoskopik dunia di korteks visual kita," kata Cameron.

Baca juga: Kontribusi terakhir Jon Landau di Avatar: Fire and Ash diakui

Visual "melompat" (karena pergeseran paralaks) dipersepsikan saat gambar bergerak cepat, terutama pada adegan aksi. Contoh sederhana, angkat jempol Anda di depan wajah. Tutup mata kiri, lalu buka. Sekarang tutup mata kanan, lalu buka. Jempol Anda akan terlihat seolah-olah "melompat" ke kiri dan ke kanan. Itulah pergeseran paralaks.

Pada kecepatan standar 24fps, objek dengan paralaks besar yang bergerak cepat akan terlihat "patah-patah" atau berbayang (stuttering). Ini terjadi karena otak kesulitan menyambungkan posisi gambar kiri dan kanan yang melompat terlalu jauh antar-bingkai.

"Neuron yang peka terhadap paralaks itu tidak dapat aktif jika tepi vertikal suatu objek bergerak-gerak," kata Cameron.

Cameron mengatakan otak tidak dapat memproses hal itu. Jadi, karena penonton dapat mengalami efek stroboskopik yang menurunkan kualitas pengalaman 3D, maka ia merespons dengan membuat filmnya menggunakan kecepatan bingkai tinggi.

"[HFR] itu akan menginterpolasi ke tingkat di mana kita benar-benar dapat memproses 3D, dan kemudian ketegangan otak akan hilang," kata Cameron.

Selain itu, film Avatar: Fire and Ash dibuat untuk diputar di bioskop Premium Large Format atau Image Maximum (IMAX). Cameron telah menghabiskan lebih dari satu dekade mendesak bioskop untuk meningkatkan peralatan teknis mereka, terutama untuk presentasi 3D.

Namun, sebagian besar bioskop premium masih melibatkan kompromi yang signifikan. Tidak ada bioskop berbasis proyektor yang dapat menghadirkan High Dynamic Range (HDR) atau Dolby Vision dengan dinamika warna dan kecerahan yang diperluas seperti yang dibutuhkan untuk memvisualkan Dunia Pandora.

Baca juga: "Avatar: The Last Airbender Season 2", ini jadwal dan detail terbaru

Saat memilih di antara opsi berbasis proyektor, Cameron sebelumnya merekomendasikan Dolby Cinema. Namun, HDR sejati hanya dimungkinkan di bioskop dengan layar LED.

Di sisi lain, bioskop terbesar menyediakan layar besar, yang dibutuhkan film ini, bersama dengan suara Dolby Atmos yang imersif.

Avatar: Fire and Ash dipresentasikan dalam berbagai format di bioskop termasuk 2D, 2D HFR, 3D HFR, 3D IMAX, 3D HFR IMAX, teater pengalaman empat dimensi (Four Dimension Experience/4DX), dan banyak lagi. Banyak teater di bioskop akan menayangkan film ini dalam versi 3D HFR.

Laporan menggarisbawahi pentingnya penandaan '3D HFR' ini.

Menurut flatpanelshd, satu-satunya cara untuk menikmati film kedua, Avatar: The Way of Water, dalam kemegahan penuhnya – 4K, HDR, 48fps HFR, 3D, dan Dolby Atmos di layar besar, lebih besar dari IMAX – adalah dengan headset Apple Vision Pro.

Cara yang sama kemungkinan akan berlaku untuk Avatar: Fire and Ash, tetapi kemungkinan harus menunggu setidaknya hingga Maret atau April 2026 untuk bisa menonton film itu di rumah.

Bagaimana rencana Anda untuk menonton Avatar 3?

Jika film ini sukses secara komersial, Disney dan James Cameron akan memulai produksi Avatar 4 dan Avatar 5, dengan target penayangan perdana pada Desember 2029 dan Desember 2031.

Baca juga: Pembuat film Avatar Fireand Ash tanggapi rencana Netflix akuisisi WB

Baca juga: Urutan film Avatar untuk memahami jalan cerita jelang "Fire and Ash"

Baca juga: James Cameron tegaskan tidak gunakan AI di film “Avatar”

Penerjemah: Abdu Faisal
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |