Jakarta (ANTARA) - Dalam penyelenggaraan pemerintahan, negara kerap menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pendapatan dan pengeluaran. Salah satu cara untuk menutup defisit anggaran adalah dengan mengandalkan utang, yang dalam ilmu ekonomi dikenal sebagai public debt atau utang pemerintah.
Utang ini dapat diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri dan biasanya diterbitkan dalam bentuk obligasi, surat berharga, atau pinjaman langsung dari lembaga keuangan internasional.
Public debt merupakan alat penting yang digunakan pemerintah untuk membiayai belanja publik dan menjaga stabilitas fiskal. Untuk membandingkan tingkat utang antarnegara, indikator yang umum digunakan adalah rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Berikut adalah daftar 10 negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi di dunia pada tahun 2025, berdasarkan konsensus para analis internasional:
Baca juga: Kaya potensi, Luhut yakini Indonesia akan jadi negara besar
1. Jepang – 242% dari PDB
Jepang menempati posisi pertama sebagai negara dengan rasio utang terhadap PDB tertinggi. Sejak runtuhnya gelembung aset pada awal 1990-an, Jepang menerapkan stimulus fiskal besar-besaran untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Faktor lain yang turut memperparah beban utang adalah populasi yang menua, sehingga menambah beban jaminan sosial dan kesehatan. Meski begitu, sebagian besar utang Jepang dipegang oleh investor domestik, termasuk Bank of Japan, yang membuat biaya pinjaman tetap rendah.
2. Eritrea – 210% dari PDB
Tingginya utang Eritrea dipicu oleh konflik berkepanjangan, termasuk perang dengan Ethiopia dan konflik Tigray. Ekonomi yang tertutup, ketergantungan pada utang luar negeri, serta minimnya reformasi struktural membuat negara ini sangat bergantung pada bantuan luar dan menghadapi kesulitan dalam mengurangi beban utang.
3. Singapura – 173% dari PDB
Meskipun memiliki rasio utang yang tinggi, kondisi fiskal Singapura sangat sehat. Pemerintah sengaja menerbitkan utang domestik sebagai strategi untuk mengembangkan pasar keuangan dan mendukung skema tabungan wajib. Singapura tidak menggunakan utang untuk menutup defisit anggaran, sehingga tidak menimbulkan tekanan fiskal yang nyata.
4. Yunani – 149% dari PDB
Krisis ekonomi yang melanda Yunani pasca-2008 akibat pengelolaan fiskal yang buruk menyebabkan rasio utang membengkak drastis. Meskipun dalam beberapa tahun terakhir terjadi penurunan berkat pertumbuhan ekonomi dan disiplin fiskal, Yunani tetap berada di antara negara dengan utang tertinggi di dunia.
5. Italia – 138% dari PDB
Utang Italia merupakan hasil akumulasi dari pertumbuhan ekonomi yang lambat, pengeluaran sosial tinggi, serta reformasi struktural yang tidak optimal. Meski tidak pernah menerima bailout seperti Yunani, Italia tetap menjadi titik lemah di kawasan Eropa dalam hal ketahanan fiskal.
Baca juga: Negara-negara kaya diminta penuhi janji atasi perubahan iklim
6. Bahrain – 131% dari PDB
Kejatuhan harga minyak pada 2014–2016 sangat memukul Bahrain yang ekonominya sangat bergantung pada sektor energi. Pemerintah mengandalkan utang untuk membiayai defisit dan proyek diversifikasi ekonomi. Meski menerima bantuan dari negara Teluk lainnya, beban utang Bahrain diperkirakan akan terus meningkat.
7. Sudan – 128% dari PDB
Setelah kehilangan sebagian besar pendapatan minyak akibat pemisahan Sudan Selatan pada 2011, Sudan mengalami tekanan fiskal berat. Konflik internal yang berkepanjangan dan manajemen ekonomi yang buruk membuat negara ini sulit keluar dari jerat utang.
8. Maladewa – 125% dari PDB
Utang Maladewa meningkat tajam seiring ambisi pembangunan infrastruktur besar-besaran. Pandemi COVID-19 juga turut memperparah kondisi fiskal negara yang sangat bergantung pada sektor pariwisata ini. Namun, bantuan keuangan dari negara mitra seperti India memberikan sedikit ruang stabilitas.
9. Amerika Serikat – 124% dari PDB
Utang Amerika Serikat melonjak akibat pemotongan pajak, belanja jaminan sosial yang terus meningkat, dan stimulus ekonomi untuk mengatasi krisis keuangan global serta pandemi. Meskipun demikian, status dolar sebagai mata uang cadangan dunia memungkinkan pemerintah AS meminjam dengan biaya relatif rendah.
10. Prancis – 116% dari PDB
Prancis telah mengalami defisit anggaran hampir setiap tahun sejak 1975. Program kesejahteraan yang besar, pertumbuhan ekonomi yang lesu, serta resistensi publik terhadap kebijakan penghematan membuat beban utang terus meningkat. Meskipun ada komitmen konsolidasi anggaran, proyeksi menunjukkan tren utang tetap naik.
Tingginya rasio utang terhadap PDB tidak selalu mencerminkan krisis fiskal, tergantung pada manajemen fiskal, struktur ekonomi, dan kepercayaan investor terhadap pemerintah. Negara seperti Singapura dan Jepang menunjukkan bahwa utang tinggi bisa dikelola dengan stabilitas ekonomi yang memadai. Namun, bagi negara-negara berkembang yang menghadapi tantangan struktural dan politik, utang yang tinggi dapat menjadi beban berat bagi pertumbuhan dan kesejahteraan jangka panjang.
Baca juga: Negara kaya akan setop pembangkit batu bara, China bangun proyek baru
Baca juga: Malaysia pangkas subsidi golongan kaya untuk tekan utang negara
Pewarta: Raihan Fadilah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025