Labuan Bajo (ANTARA) - Wakil Menteri Lingkungan Hidup (Wamen LH), Diaz Hendropriyono mendorong kerja sama dengan Kementerian Koordinator Pangan (Kemenko Pangan) untuk menangani sampah di hutan mangrove Desa Golo Sepang, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Satu hal yang paling penting kita harus cari jalan keluarnya, ini tadi saya lihat banyak sampah yang terperangkap di mangrove, khususnya sampah plastik," katanya setelah melihat kawasan hutan mangrove Desa Golo Sepang menggunakan kapal nelayan bersama Kementerian Koordinator Pangan dan Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di Labuan Bajo, Jumat.
Baca juga: Pelindo Labuan Bajo tanam 5.000 bibit mangrove
Dalam kunjungan itu, ia menjelaskan telah membicarakan upaya penanganan sampah itu dengan Deputi Bidang Koordinasi Keterjangkauan dan Keamanan Pangan Kemenko Pangan, Nani Hendiarti terkait pendanaan untuk penanganan sampah di kawasan hutan itu.
Ia mendorong penggunaan trash boom atau penghalang apung atau jaring yang dipasang di permukaan sungai untuk menahan, mengumpulkan, dan mencegah sampah mengalir lebih jauh ke dalam area hutan mangrove.
Berbagai jenis sampah tersebut merupakan kiriman yang terbawa arus laut dan berakhir di wilayah hutan mangrove.
"Mungkin sungainya di hulu, di sini kita taruh trash boom supaya bisa tangkap sampah-sampah itu, sehingga mangrove ini bebas sampah, khususnya sampah plastik," katanya.
Ia mengatakan jika hutan mangrove di Desa Golo Sepang dapat terbebas dari sampah, akan meningkatkan kesehatan ekosistem laut, melestarikan keanekaragaman hayati, serta mendukung perekonomian lokal yang memanfaatkan hutan mangrove untuk budidaya kepiting.
"Kalau mangrovenya bebas sampah, mangrove pasti bisa terus hidup, kalau sampahnya begitu banyak seperti ini tinggal tunggu waktu saja sampai kapan mangrove mati," katanya.
Baca juga: PMI resmikan Pusat Mangrove Manggarai sebagai lokasi mitigasi hijau
Baca juga: Peneliti BRIN sarankan lokalisir sampah yang menuju Hutan Mangrove
Sementara itu, luas hutan mangrove di Manggarai Barat mencapai 7.810 hektare atau sekitar 19,22 persen dari luas hutan mangrove di Provinsi NTT.
Dari jumlah tersebut Kecamatan Boleng memiliki hutan mangrove seluas 471.36 hektare dimana 356.66 hektare diantaranya berada di Desa Golo Sepang.
Kawasan mangrove di Desa Golo Sepang didominasi oleh mangrove dengan tajuk lembut dan terdapat sebanyak 27 jenis mangrove.
Kondisi tersebut menjadikan Desa Boleng sebagai desa dengan hutan mangrove terluas di Kecamatan Boleng, sekaligus memiliki potensi besar dalam upaya pelestarian ekosistem pesisir.
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































