Gaza (ANTARA) - Pertahanan Sipil Gaza pada Sabtu (22/11) mengatakan bahwa Israel melancarkan serangkaian serangan udara di Jalur Gaza, menyebabkan setidaknya 22 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka di wilayah kantong tersebut.
Menurut Mahmoud Bassal, juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, korban tewas termasuk seorang komandan dari Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas.
Seorang sumber Hamas, yang tidak bersedia disebutkan namanya, mengatakan kepada Xinhua bahwa gerakan tersebut menyampaikan "kemarahan" mereka kepada tim mediator regional atas serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza, meskipun Hamas dan faksi-faksi Palestina lainnya mematuhi perjanjian gencatan senjata.
Warga Palestina memeriksa rumah-rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di permukiman Al-Zeitoun, timur Kota Gaza, 20 November 2025. ANTARA/XInhua/Rizek Abdeljawad Sumber tersebut menambahkan bahwa Hamas mendesak para mediator untuk segera mengintervensi guna mencegah runtuhnya kesepakatan yang diinginkan Israel, menekankan bahwa gerakan tersebut dan faksi-faksi lain tetap berkomitmen pada gencatan senjata meskipun terjadi eskalasi
Sumber itu juga memperingatkan bahwa pembunuhan terus-menerus yang dilakukan oleh Israel terhadap warga di wilayah kantong tersebut, berikut apa yang dia gambarkan sebagai "tekanan lambat" dari Amerika Serikat (AS) terhadap Israel untuk menahan aksinya, dapat mendorong situasi menuju potensi kekacauan.
Tentara Israel melancarkan serangan besar-besaran di beberapa area di Jalur Gaza pada Sabtu sore waktu setempat, yang menyebabkan banyak korban, menurut sumber medis setempat.
Sejak gencatan senjata di Gaza berlaku pada Oktober, serangan Israel telah menewaskan 318 orang dan melukai 788 lainnya, sehingga total korban tewas sejak 7 Oktober 2023 menjadi 69.733 orang dan jumlah korban luka menjadi 170.863 orang, menurut otoritas kesehatan di Gaza.
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































