Satu penyintas pembantaian Nanjing wafat, kini tersisa 26 saksi hidup

1 day ago 3

Nanjing (ANTARA) - Xie Guiying, seorang perempuan penyintas Pembantaian Nanjing di China timur, tutup usia pada Kamis (15/5), sehingga jumlah penyintas yang tercatat masih hidup kini menjadi 26 orang, menurut Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang.

Xie lahir pada September 1924.

Pembantaian Nanjing merujuk pada periode sejarah yang dimulai ketika pasukan Jepang merebut ibu kota China saat itu pada 13 Desember 1937. Dalam kurun waktu enam pekan, mereka membantai sekitar 300.000 warga sipil dan tentara tak bersenjata China dalam salah satu peristiwa paling mengerikan dalam Perang Dunia II.

Pada 1937, sebelum pasukan Jepang memasuki Nanjing, tempat keluarga Xie tinggal, ibu Xie membawa dia dan saudara-saudaranya untuk melarikan diri dari pasukan penjajah, meninggalkan ayahnya untuk menjaga rumah mereka. Saat Pembantaian Nanjing terjadi, ayah Xie tewas di tangan tentara Jepang.

Setelah peristiwa itu, ibu Xie berjuang keras untuk menghidupi anak-anaknya seorang diri. Xie sendiri pernah tiga kali nyaris kehilangan nyawanya.

Sebuah bekas luka yang terlihat jelas di dahinya, akibat benturan dengan batu saat dia diseret oleh tentara Jepang, menjadi saksi bisu.

Xie sering berpartisipasi dalam kegiatan di Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Tentara Jepang sebelum kematiannya, dengan harapan masyarakat akan selalu mengingat peristiwa kelam dalam sejarah itu.

"Kini, negara kita tumbuh lebih kuat dan kehidupan kita menjadi lebih baik -- kita berutang budi pada Partai Komunis China," kata Xie saat masih hidup.

Enam penyintas, termasuk Xie, meninggal dunia sejak awal tahun ini, seiring dengan terus berkurangnya jumlah orang yang dapat memberikan kesaksian langsung tentang pembantaian tersebut.

Pada 2014, badan legislatif tertinggi China menetapkan 13 Desember sebagai hari peringatan nasional bagi para korban Pembantaian Nanjing.

Pemerintah China telah menyimpan kesaksian para penyintas dalam bentuk transkrip tertulis dan video. Berbagai dokumen tentang pembantaian tersebut juga telah dicantumkan oleh UNESCO dalam Daftar Memori Dunia (Memory of the World Register) pada 2015.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |