Psikolog: Uang kerap digunakan jadi alat regulasi emosi

1 week ago 6

Jakarta (ANTARA) - Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Olphi Disya Arinda, M.Psi., Psikolog mengungkapkan bahwa financial coping atau uang itu sering digunakan menjadi alat untuk regulasi emosi.

“Banyak orang yang menggunakan financial coping. Jadi, uang itu bukan cuman alat tukar, bukan alat tukar antarbarang aja, tapi juga alat tukar emosi, yang tadinya sedih biar bisa jadi senang lagi,” kata Disya dalam diskusi temu media di Jakarta, Selasa.

Disya menilai perilaku seperti belanja berlebih, mengambil pinjaman, atau menghamburkan uang dijadikan sebagai cara tidak langsung mengurangi stres, kesepian, atau rasa tidak berdaya, di mana ketika seseorang merasa insecure atau ada bagian dari dirinya yang dirasa tidak puas sehingga mengeluarkan uang seolah seperti punya kontrol atau punya power.

“Banyak orang juga yang mengeluarkan uang tidak pada tujuan yang tepat, sehingga bisa jadi ini ada latar belakang kondisi emosi yang bisa dibilang kurang sehat. Tanpa disadari ini menciptakan pola yang namanya emotional spending atau emotional debt,“ tutur dia.

Baca juga: Psikolog sarankan remaja kenali emosi demi masa depan

Disya menjelaskan bahwa ketika emosi seseorang menjadi sulit untuk berpikir logis atau berpikir dengan cara yang cukup bijak lantaran area di bagian otak yakni amigdala di otak yang berfungsi mengontrol emosi terpicu menjadi lebih aktif.

Di sisi bagian lain di otak, yakni prefrontal cortex yang berfungsi untuk mengambil keputusan, pemecahan masalah, berpikir strategis justru bekerja menjadi lebih lambat. Respons amigdala dinilainya seperti “sistem alarm” di otak yang membuat hormon kortisol meningkat sebagai tanda adanya ancaman.

“Otak logis kita tuh jadi kayak redup, jadi kita enggak bisa melakukan perencanaan atau pengambilan keputusan yang bijak. Inilah yang membuat seseorang itu cenderung impulsif, menghindar kalau ada masalah atau mengambil keputusan jangka pendek,” ujar Psikolog yang juga berpraktik di Mayapada Medical Center Kuningan Jakarta itu.

Baca juga: Psikolog sarankan orangtua bekali anak dengan literasi digital

Baca juga: Psikolog: Pengajaran yang lembut menghadirkan rasa aman pada anak

Baca juga: Kesehatan mental, psikolog paparkan kiat keluar dari hubungan toksik

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Mahmudah
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |