PII beri tiga solusi kurangi risiko banjir bandang di Sumatera

1 week ago 9

Jakarta (ANTARA) - Persatuan Insinyur Indonesia (PII) memberikan rekomendasi berupa tiga solusi sebagai langkah pengurangan risiko bencana banjir bandang dan tanah longsor di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat.

Ketua Bidang Kebencanaan dan Perubahan Iklim PII Prof. I Wayan Sengara mengatakan ketiga rekomendasi tersebut terdiri atas solusi berbasis alam; langkah-langkah rekayasa dan struktural; serta solusi kebijakan, tata kelola, dan keterlibatan masyarakat.

“Solusi berbasis alam dapat berupa reboisasi dan konservasi hutan untuk meningkatkan penyerapan air, dan memperlambat aliran air permukaan,” ujar Wayan dalam keterangan yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.

Selain itu, kata dia, solusi berbasis alam seperti melestarikan maupun memulihkan hutan dan vegetasi alami di sepanjang tepian sungai, serta lereng bukit.

Menurut dia, tindakan tersebut dapat mengurangi erosi, membantu mengelola aliran air, hingga menjadi penyangga alami terhadap banjir dan longsor.

Untuk wilayah perkotaan, kata dia, solusinya dapat berupa penghijauan, seperti penanaman strategis dan atap hijau. Tindakan tersebut dinilai dapat membantu mengelola air hujan dengan menahan curah hujan, dan mengupayakan air meresap ke tanah untuk mengurangi aliran air permukaan ke sistem drainase.

Sementara untuk solusi kedua, kata dia, dapat dilakukan dengan cara penambahan pembangunan infrastruktur fisik berupa stabilisasi lereng, seperti dinding penahan tanah di kawasan permukiman untuk memberikan perlindungan tambahan.

Lebih lanjut dia mengatakan caranya adalah dengan penambahan sistem drainase yang lebih baik, hingga pembangunan infrastruktur pengendali seperti banjir kanal dan tanggul dinding penahan banjir.

Untuk solusi ketiga, atau mengenai kebijakan, tata kelola, dan keterlibatan masyarakat, Wayan mengatakan rekomendasinya meliputi penataan ulang kawasan berbasis bahaya banjir.

“Strategi umumnya adalah berupa pembatasan dan pencegahan pembangunan di dataran risiko tinggi longsor dan banjir,” katanya.

Ia mengingatkan bahwa hal yang sangat penting lainnya adalah sistem pemantauan dan peringatan dini yang berbasis rekayasa maupun masyarakat, yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa manusia dengan penyusunan mekanisme evakuasi dan respons yang tepat waktu.

Sebelumnya, terjadi bencana alam banjir bandang dan longsor di Aceh, Sumut, dan Sumbar.

Berdasarkan data sementara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) per Senin (1/12) pukul 17.00 WIB, total korban meninggal dunia akibat bencana di wilayah tersebut mencapai 604 jiwa, dan 464 jiwa masih dinyatakan hilang.

Baca juga: Pemerintah siap kirim bantuan benih untuk sawah puso di Sumatera

Baca juga: Kolaborasi minimalkan risiko bencana di ujung negeri

Baca juga: Kemenko Perekonomian salurkan bantuan untuk bencana di Sumatra

Baca juga: Kemkomdigi sebut jaringan di wilayah bencana Sumatera pulih 90 persen

Pewarta: Rio Feisal
Editor: Hisar Sitanggang
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |