Jakarta (ANTARA) - Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno menyebutkan aksi perundungan (bullying) yang pernah dialami sejak kecil menjadi pemecut baginya hingga menjadi orang nomor dua di Jakarta.
“Apa tidak terjadi aksi bully kepada saya, itu terjadi. Bagi saya bully itu adalah pemecut saya bisa menjadi Wagub DKI sekarang ini,” kata Rano saat "Kick Off Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak Tahun 2025" di Jakarta, Sabtu.
Dia menceritakan ayahnya yang bernama Soekarno M Noer adalah pemain panggung yang jarang mendapatkan pekerjaan. Bahkan, keluarganya setiap hari makan sepiring berlima.
Rano pun mengaku waktu kecil dirinya sering berjalan kaki dari tempat tinggal yang berada di daerah Kemayoran Gang 7 ke sekolahnya yang berada di Gunung Sahari, Senen karena memang tidak ada uang untuk naik oplet.
Baca juga: Wagub Rano minta kasus perundungan di SMAN 72 diusut tuntas
"Untuk beli permen saja tak ada uang apalagi naik oplet. Makanya saya waktu besar ingin membeli oplet dan itu ada saat Film Si Doel," kata dia.
Dirinya sejak kecil terbiasa mencari uang dengan menjual burung ke pasar burung untuk mendapatkan uang. Selain itu, dirinya membeli roti gambang yang dapat dihabiskan hingga 20 hari.
“Setiap hari saya potek satu, lalu disimpan di lemari untuk esok. Artinya, saya tidak mampu membeli roti tersebut hingga menyimpannya lama,” ujarnya.
Kehidupan susah harus membuat lebih berimajinasi agar bisa keluar dari kesulitan itu.
Ia mengaku heran anak-anak sekarang mendapat perundungan membuat mereka goyah. Apa memang anak-anak saat ini kurang ditempa dengan kesulitan sehingga belum kuat. Harusnya mereka lebih kuat jika menerima aksi bully, kata Rano.
Menurut dia, seluruh pihak harus bekerja sama melakukan perbaikan-perbaikan dan pemerintah tentu bersifat sebagai fasilitator dan semua harus berangkat dari masyarakat.
“Karena masyarakat sendiri yang mengalaminya,” kata dia.
Baca juga: DKI gandeng pihak lain atasi perundungan di sekolah
Sebelumnya Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo berharap perundungan atau bullying di lingkungan sekolah tak lagi terjadi di ibu kota.
“Jadi yang paling utama yang bersifat perundungan atau bullying tidak boleh terulang kembali karena ini bisa menjadi motivasi atau pemicu,” kata Pramono saat dijumpai di Balai Kota Jakarta.
Kendati demikian, saat dimintai tanggapan terkait pelaku bom SMA Negeri 72 yang diduga merupakan korban bullying, Pramono masih enggan berkomentar.
Meski saat meninjau tempat kejadian perkara (TKP) Pramono mendengar terkait isu tersebut, namun Ia mengatakan masih menunggu proses dari pihak kepolisian terkait hal tersebut.
“Sampai hari ini, karena ini yang berwenang sepenuhnya adalah kepolisian, mari kita tunggu bersama-sama apa yang sebenarnya terjadi. Jadi untuk itu, saya tidak komentar, tetapi sekali lagi kita tunggu apa yang menjadi temuan yang sebenarnya,” ujarnya.
Baca juga: Pramono harap tak ada "bully" lagi di lingkup sekolah Jakarta
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































