Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pengurus Asosiasi Asuransi Jiwa lndonesia (AAJI) Budi Tampubolon menuturkan bahwa industri asuransi jiwa mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi sebesar 3,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I tahun ini.
Ia mengatakan bahwa angka tersebut berdasarkan laporan kinerja 56 perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI sepanjang periode Januari hingga Maret 2025.
“Sepanjang Januari hingga Maret 2025, pendapatan premi industri meningkat 3,2 persen secara year-on-year menjadi Rp47,45 triliun,” ujar Budi Tampubolon di Jakarta, Rabu.
Ia mengungkapkan bahwa total pendapatan premi tersebut terdiri dari pendapatan premi asuransi perorangan sebesar Rp36,57 triliun, atau turun 0,9 persen yoy, dan pendapatan premi asuransi kumpulan senilai Rp10,88 triliun, atau naik 19,5 persen yoy.
Jika dilihat berdasarkan unit usaha, total pendapatan premi tersebut terdiri dari pendapatan premi asuransi konvensional Rp40,94 triliun, atau meningkat 1,8 persen yoy, serta pendapatan premi asuransi syariah Rp6,51 triliun, atau tumbuh 12,4 persen yoy.
Sementara berdasarkan produk, pendapatan premi produk asuransi jiwa tradisional masih mendominasi dengan proporsi 65,2 persen dari total premi, tumbuh 15,6 persen yoy menjadi Rp30,95 triliun pada triwulan I 2025.
Sedangkan pendapatan premi produk asuransi jiwa unit link atau Produk Asuransi Yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI) turun 14,2 persen yoy menjadi Rp16,5 triliun.
Budi menyampaikan bahwa pendapatan premi lanjutan juga menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 8,2 persen yoy menjadi Rp20,94 triliun selama Januari hingga Maret 2025, meskipun pendapatan premi bisnis baru mengalami penurunan sebesar 0,5 persen yoy menjadi Rp26,51 triliun.
Walaupun begitu, ia mengatakan bahwa hal tersebut mencerminkan peningkatan kesadaran masyarakat untuk melanjutkan kepemilikan mereka terhadap produk asuransi.
“Peningkatan premi lanjutan menjadi bukti bahwa masyarakat semakin sadar pentingnya memiliki perlindungan jangka panjang. Ini juga tercermin dari naiknya jumlah tertanggung perorangan,” katanya.
Hingga akhir Maret 2025, AAJI mencatat jumlah tertanggung perorangan mencapai 21,97 juta orang, naik 11,6 persen yoy, sementara tertanggung kumpulan bertambah menjadi 75,89 juta orang, meningkat 22,2 persen yoy.
Kenaikan tersebut didukung oleh peningkatan indeks literasi dan inklusi asuransi yang juga meningkat masing-masing menjadi 45,45 persen dan 28,5 persen.
Menurut hasil kinerja tersebut, Budi menyatakan bahwa industri asuransi jiwa masih mencatatkan tren pertumbuhan yang positif di tengah tantangan ekonomi nasional dan global di awal tahun ini.
Ia mengatakan bahwa kinerja positif tersebut mencerminkan ketahanan dan kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi jiwa.
“Hasil ini merupakan awalan yang baik bagi industri asuransi jiwa untuk menatap tahun 2025 dengan lebih optimis,” ucapnya.
Namun, Budi juga mengingatkan para pelaku industri asuransi jiwa untuk tetap mewaspadai berbagai tantangan akibat tekanan perekonomian global, terutama terkait volatilitas pasar modal dan nilai tukar.
“Meski demikian, industri tetap memiliki landasan yang kuat dan strategi jangka panjang yang adaptif. Kami yakin dengan pengelolaan risiko yang disiplin dan komitmen terhadap perlindungan nasabah, industri asuransi jiwa akan mampu menjaga stabilitas dan terus tumbuh secara berkelanjutan,” imbuhnya.
Baca juga: Investasi SBN industri asuransi jiwa naik 12,9 persen pada triwulan I
Baca juga: Industri asuransi jiwa bayar klaim Rp38,16 triliun per triwulan I 2025
Baca juga: OJK: Rasio klaim kesehatan di asuransi jiwa 51,29 persen April 2025
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2025