Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno membagikan kisah tentang buku pertama yang menjadi inspirasi khusus dalam hidupnya.
Dalam peringatan puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-47 Perpustakaan Nasional (Perpusnas), ia mengisahkan ketika menjabat sebagai rektor, ada seorang wartawan asing yang bertanya bagaimana keluarga menanamkan pendidikan dalam hidupnya.
"Bapak dan ibu saya adalah guru SD, ketika wartawan itu bertanya kepada saya, apa yang mendidik saya, maka saya masih bisa menggambarkan dan memvisualisasikan buku yang saya baca waktu kelas 4 SD, yang kemudian menginspirasi saya. Buku itu berbahasa Jawa, judulnya Narimo Peparingi Pangeran, Menerima Anugerah Tuhan," katanya.
Ia menjelaskan, buku tersebut mengisahkan tentang seekor kupu-kupu yang tidak puas dengan warna sayapnya.
Baca juga: Dinas Perpustakaan Sumbar tingkatkan budaya baca lewat lomba resensi
"Karena dia merasa warna sayap kupu-kupu semua terang, sementara ada kupu-kupu lain yang warna-warni, ada warna gelapnya juga. Kemudian dia tidak puas, lalu dia mendekat ke api ingin supaya sayapnya itu ada warna gelapnya. Namun apa yang terjadi? Justru sayapnya terbakar. Itu sebuah cerita sederhana yang menginspirasi saya untuk mensyukuri apa yang dianugerahkan Tuhan," tuturnya.
Ia juga bercerita, saat itu SD-nya tidak memiliki gedung, sehingga harus menumpang di joglo kelurahan atau desa. Gelar guru SD bapak dan ibunya membuat dia sedikit beruntung karena rumahnya menjadi tempat penitipan buku-buku.
"Karena SD saya enggak punya gedung, waktu itu ada pembagian buku masuk ke SD. Karena enggak ada gedungnya, maka buku itu dititipkan di rumah, di rumah bapak saya. Di situlah saya punya kesempatan membaca buku, sebelum orang lain membaca," ucap Pratikno.
Ia menekankan pentingnya budaya membaca sejak dini untuk mengasah kemampuan bernalar kritis para siswa, juga agar terus semangat meski di tengah keterbatasan.
Baca juga: KKN Tematik Literasi libatkan 15 ribu mahasiswa bangun budaya baca
"Buku itu bisa menginspirasi, membawa anak-anak agar bisa berpetualang, bisa menginspirasi, bisa berpikir secara kritis dan mendalam, dan juga berpikir bagaimana ini kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari," ujar dia.
Pratikno juga menegaskan pentingnya membaca buku di era serba digital dan akal imitasi (AI).
"Sekarang lebih penting lagi karena di era digital, serba AI, semua sudah scrolling terus menerus, semua informasi bisa dijawab dengan AI, yang membuat anak-anak kita kalau tidak ada kontrol bisa berbahaya," kata dia.
Baca juga: Mendikdasmen: Budaya baca tingkatkan literasi untuk bangun peradaban
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2025