Jakarta (ANTARA) - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mendorong agar Banda Heritage Festival 2025 tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, namun menjadi momentum untuk membangun Banda Neira menjadi kawasan yang punya daya saing.
“Festival Banda Heritage tidak sekadar seremonial, tetapi ruang kolaborasi agar sejarah Banda tetap hidup, dipelajari, dan memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat. Pemerintah siap memperkuat sinergi untuk memastikan Banda Neira menjadi kawasan budaya yang berdaya saing,” kata Tito dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut disampaikan Tito usai menghadiri Banda Heritage Festival 2025. Festival yang digagas Pemerintah Kabupaten Maluku Tengah tersebut berlangsung di Gedung Istana Mini, Banda Neira.
Dalam kunjungan tersebut, Mendagri juga meninjau sejumlah situs budaya di Pulau Lontor, termasuk kawasan Parigi Tua dan Pohon Sejuta Umat yang memiliki nilai historis bagi masyarakat Banda.
Ia menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pelestarian warisan sejarah dan pengembangan potensi budaya serta pariwisata.
“Kepulauan Banda adalah mutiara sejarah bangsa. Budaya, arsitektur, dan narasi perjuangan yang terpelihara di sini merupakan warisan yang tidak boleh hilang. Pemerintah pusat berkomitmen mendukung pemda dan masyarakat dalam menjaga, merawat, dan mempromosikan warisan ini agar dapat dikenal dunia,” ujar Tito.
Kehadiran Mendagri menjadi momen penting bagi masyarakat, tidak hanya karena festival budaya, melainkan juga sebagai bentuk pengakuan terhadap nilai historis Banda sebagai tempat pengasingan para pendiri bangsa, yakni Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Cipto Mangunkusumo.
Salah satu warga, Budi La Muhamad (45), mengaku senang atas kunjungan Mendagri. Menurutnya, kehadiran Tito merupakan bentuk perhatian negara terhadap daerah terpencil seperti Banda Neira.
"Dia (Mendagri Tito Karnavian) menyempatkan datang ke sini, berarti memahami apa makna dari pulau kecil ini bagi berdirinya negara Indonesia ini. Kehadiran Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri dan pembina pemda (pemerintah daerah) semoga bisa membuka aspirasi bagi warga Banda Neira," kata Budi.
Warga Banda Neira lainnya, La Bainuru (57) berpesan agar Mendagri dapat membangun kedekatan dengan masyarakat Banda Neira sebagaimana hubungan historis antara para tokoh seperti Hatta, Sjahrir, dan Cipto Mangunkusumo dengan warga saat masa pengasingan.
"Ketertaputan kita harus tersambung dalam koridor NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kami memang selama ini punya pekerjaan rumah untuk mengejar ketertinggalan dalam pembangunan. Tapi generasi Banda Neira harus bisa memimpin Banda Neira sendiri ke depan, dalam bingkai NKRI. Saya yakin kalau didampingi, generasi Banda Neira bisa memimpin Banda Neira, dengan mandiri," kata La Bainuru.
Dari sektor pendidikan, Rusdan Lataro (49), pengajar Filsafat Sejarah di Universitas Banda Neira mengatakan, bisa bercengkerama dengan salah satu menteri Kabinet Merah Putih merupakan kesempatan langka. Dia menyampaikan aspirasi agar kampus tersebut dapat didorong menjadi perguruan tinggi negeri.
Rusdan meyakini Tito Karnavian merupakan intelektual dengan rekam jejak pendidikan tinggi yang mumpuni. Dia optimistis Tito memahami pentingnya pendidikan suatu daerah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan perannya dalam mendorong kemajuan daerah.
“Kami berharap Mendagri dapat menyampaikan aspirasi ini ke kementerian terkait demi kemajuan pendidikan di Banda Neira,” kata Rusdan.
Baca juga: Kemendagri-Kemenkes gelar audit paralel RS di Papua tolak ibu hamil
Baca juga: Mendagri dukung pelestarian budaya di Banda Neira Maluku
Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































