Manufaktur "stainless steel" dinilai berpotensi tumbuh besar

2 weeks ago 6
Di sisi lain, selain mampu menyerap nikel lebih banyak, 95 persen stainless steel dapat didaur ulang, (yang berarti) meningkatkan kredibilitasnya dalam upaya pelestarian lingkungan..,

Jakarta (ANTARA) - Associate Principal Energy Shift Institute (ESI) Ahmad Zuhdi mengatakan, manufaktur lokal berskala kecil yang berpusat pada stainless steel memiliki potensi pertumbuhan besar.

“Meski kurang glamor dibandingkan EV (electric vehicle) dan baterai, manufaktur lokal berskala kecil yang berpusat pada stainless steel memiliki potensi pertumbuhan yang lebih besar karena melayani beragam sektor, sehingga layak mendapatkan dukungan kebijakan industri,” ujarnya dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan laporan terbaru ESI, produksi kendaraan listrik/EV dan baterai Indonesia diperkirakan hanya mampu menyerap kurang dari 1 persen produksi nikel domestik saat ini, bahkan jika kapasitas manufaktur baterai nasional menyentuh setara 1 juta unit EV per tahun.

Karena itu, Indonesia dinilai perlu mengambil strategi ganda hilirisasi nikel yang tak hanya bergantung pada adopsi EV, tetapi juga menyasar manufaktur metalurgi.

Baca juga: Kasus ompreng MBG palsu, BGN tegaskan bahan harus stainless steel 304

Dalam skenario produksi EV paling optimistis sekalipun, lanjut dia, industri EV dan baterai akan kesulitan menyerap di atas 1 persen dari total produksi nikel Indonesia.

Sebaliknya, aplikasi metalurgi yang mencakup barang konsumsi hingga industri berat, termasuk konstruksi dan transportasi, disebut dapat menyerap hingga 60 persen dari hasil tambang nikel.

Kendala struktural juga membayangi kemampuan industri EV menyerap nikel Indonesia. Data global menunjukkan 97 persen mobil dirakit di wilayah tempat mereka dijual, sehingga membatasi potensi ekspor EV Indonesia secara signifikan.

“Di sisi lain, selain mampu menyerap nikel lebih banyak, 95 persen stainless steel dapat didaur ulang, (yang berarti) meningkatkan kredibilitasnya dalam upaya pelestarian lingkungan. Angka ini jauh meninggalkan tingkat daur ulang baterai nikel lithium-ion yang hanya mencapai 5 persen,” ucap Zuhdi.

Baca juga: NIPPON KINZOKU: Peluncuran Baru Stainless Steel "STA Finish" untuk Etsa dengan Tingkat Kepresisian Tinggi sebagai “Eco-Product”

Mengacu temuan tersebut, ESI mendorong pemerintah Indonesia untuk menggarap hilirisasi nikel yang mengarah pada sektor metalurgi.

Apalagi, lanjutnya, Indonesia sudah memiliki keunggulan dan kompetensi yang realistis, atau dalam istilah ekonomi sebagai nearby industries (industri terkait/terdekat).

“Indonesia dapat menciptakan peluang keberlanjutan tersendiri dengan mengembangkan merek-merek lokal yang menyasar konsumen, baik domestik maupun global, yang tidak keberatan membayar lebih untuk produk yang diproduksi secara bertanggung jawab, layaknya makanan organik dan ekowisata yang menarik bagi mereka yang sadar etika,” ungkap dia.

Lebih lanjut, pihaknya menganggap kebijakan industri seharusnya membantu mengembangkan ekosistem usaha kecil dan menengah (UKM) lokal yang kompetitif untuk memproduksi barang stainless steel.

Baca juga: Mulai Besok! KA Gumarang dan Tegal Bahari Hadir dengan Rangkaian New Generation Stainless Steel

Kemudian juga menghindari lompatan berlebihan ke produk yang bergantung pada desain dan kebijakan asing.

Kekayaan mineral Indonesia yang unik dikatakan sudah memberikan posisi berbeda dari para pesaing, dan pemerintah dapat mempertajam keunggulan tersebut dengan menawarkan produk dengan ketertelusuran (traceability) dan kredibilitas hijau lebih baik.

Menurut Principal ESI Ian Hiscock, peluang sesungguhnya terletak pada reorientasi strategis menuju pendekatan jalur ganda yang mengembangkan jalur mineral untuk EV maupun non-EV.

Dukungan pemerintah dinyatakan dapat memberikan dampak lebih tinggi dengan menyediakan insentif guna mempromosikan jalur hijau dan berkelanjutan yang dipimpin oleh konsumen di pasar domestik dan internasional.

Baca juga: KAI sebut 14 KA Ekonomi Stainless Steel masuk diskon tiket 30 persen

“Dunia mungkin akan terus beralih meninggalkan baterai berbasis nikel, namun penggunaan metalurgi tetap menjadi pasar pasti (captive market) bagi nikel,” kata Ian.

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |