GSM dorong terjadi dialektika di sekolah

9 hours ago 5

Jakarta (ANTARA) - Pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) Muhammad Nur Rizal mendorong terjadinya dialektika atau terjadinya komunikasi dua arah di sekolah.

“Dialektika merupakan sebuah unsur penting yang perlu ditemukan di sekolah karena sangat terkait dengan kehidupan sehari-sehari. Dengan adanya dialektika, para siswa juga bisa belajar melakukan koreksi diri,” ujar Rizal dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Dia menambahkan jika dialektika hilang di sekolah, maka dikhawatirkan Indonesia tidak menjadi bonus demografi namun bencana demografi karena anak mudanya tidak punya mimpi, tidak bisa berdialektika, berefleksi, dan mendapatkan akses terhadap keadaan karena memilih untuk menutup diri.

Untuk menumbuhkan dialektika, tutur Rizal, dunia pendidikan harus kembali ke akarnya, yakni pembebasan pikiran, memberikan ruang keberagaman sehingga bisa saling menghargai dan berdialektika.

Baca juga: GSM: Pendidikan dasar hendaknya fokus bangun kemampuan berpikir kritis

Baca juga: GSM: Sejarah para pahlawan dapat dijadikan cara benahi pendidikan

Peran guru perlu dikembalikan kepada hakikatnya. Guru seharusnya bukan tukang transfer pengetahuan tetapi penumbuh karakter dan budi pekerti yang bisa membangkitkan potensi-potensi siswa seperti keingintahuan, imajinasi, dan gairah (passion) sehingga mereka mencapai versi terbaik diri mereka.

"Jika model yang dipakai seperti itu kita tidak akan rumit dengan ulangan dan ujian karena kurikulum yang dipakai adalah guru itu sendiri, sehingga ulangan dan ujiannya, ya, berasal dari guru," kata dia lagi.

Untuk mencapai tahap tersebut, maka seorang guru harus berdaulat. Bukan sekadar merdeka secara fisik, kedaulatan adalah jiwa.

"Guru harus diberi ruang agar jiwanya bisa menentukan cara mengajar menurut mereka sendiri. Pemerintah dalam hal ini harus memberikan ruang filsafat tersebut agar para guru bisa berdaulat," kata Rizal.

Sebelumnya, sekitar 90 anak muda yang tergabung dalam Gerakan Turun Sekolah (GTS) berjumpa dan berdialog dengan sebanyak 600 siswa di 11 sekolah jejaring GSM di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada agenda yang dilaksanakan 7-9 Mei 2025 tersebut terdapat banyak temuan yang diperoleh anak-anak muda tersebut.

Seorang relawan GTS, Eunike Seka, mengatakan kedaulatan guru merupakan hal penting, karena apa yang dilihatnya adalah para guru tersebut memiliki terlalu banyak beban administrasi.

“Padahal guru membutuhkan ruang untuk berkoneksi dengan sesama guru, sebuah ruang filsafat untuk berdialektika dengan murid-muridnya. Saat ini murid-murid bertanya saja tidak bisa. Jika ada yang bertanya malah jadi ruang untuk menghakimi,” kata Sekar.*

Baca juga: Komunitas tekankan pentingnya pendidik untuk bentuk manusia otonom

Baca juga: Festival Sekolah Menyenangkan 2023 rayakan perubahan sistem pendidikan

Pewarta: Indriani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |