Ekonom NEXT ingatkan risiko konsentrasi tinggi DPK di bank-bank besar

8 hours ago 4

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif NEXT Indonesia Center Christiantoko mengingatkan, konsentrasi dana pihak ketiga (DPK) yang terlalu tinggi pada bank-bank besar bisa menimbulkan risiko sistemik apabila tidak diiringi dengan tata kelola yang kuat.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025, empat bank besar yang masuk kategori KBMI IV, yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BCA, tercatat menguasai 53,44 persen dari total DPK yang sebesar Rp9.329 triliun.

“Angka tersebut menegaskan posisi mereka sebagai pemain dominan dalam likuiditas perbankan nasional. Namun konsentrasi terlalu tinggi pada bank-bank besar juga bisa menimbulkan risiko sistemik jika tidak disertai tata kelola yang kuat,” kata Christiantoko dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

DPK merupakan uang masyarakat yang disimpan di bank dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito berjangka. Dana ini menjadi sumber pendanaan utama bank untuk menyalurkan kredit dan menjaga likuiditas.

Baca juga: OJK: Transmisi BI-Rate dan Nataru dorong kredit konsumsi di akhir 2025

Jika dilihat lebih rinci, Bank Central Asia (BCA) tercatat sebagai bank dengan nilai tabungan terbesar. Berdasarkan laporan triwulanan OJK per Juni 2025, nilai tabungan yang dihimpun bank tersebut mencapai Rp587,5 triliun.

Capaian tersebut melampaui bank-bank pelat merah yakni Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang menghimpun Rp554,7 triliun, Bank Mandiri Rp529,6 triliun, dan Bank Negara Indonesia (BNI) Rp265,1 triliun.

Christiantoko menilai, pertumbuhan dana tabungan BCA mencerminkan dinamika perilaku masyarakat yang semakin selektif memilih bank dengan layanan digital paling stabil.

Hal ini, imbuh dia, tidak hanya dipengaruhi oleh loyalitas, namun harus ditunjang oleh teknologi yang reliable sehingga nasabah merasa transaksi menjadi mudah sekaligus tetap aman.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Zaenal Abidin
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |