Cara China mengupayakan keseimbangan impor dan ekspor

2 weeks ago 6

Beijing (ANTARA) - China sedang memajukan strategi untuk menyeimbangkan pertumbuhan impor dan ekspor, sebuah langkah yang sejalan dengan Rencana Lima Tahun ke-15 (2026-2030) dan siap mendorong pembangunan berkualitas tinggi di negara itu sekaligus berkontribusi bagi stabilitas ekonomi global.

Pada 2024, total nilai impor dan ekspor barang China melampaui 43 triliun yuan (1 yuan = Rp2.349) atau sekitar 6,07 triliun dolar AS (1 dolar AS = Rp16.667), mencetak rekor sejarah baru.

Nilai ekspor mencapai 25,45 triliun yuan, menandai pertumbuhan selama delapan tahun berturut-turut, sementara nilai impor mencapai 18,39 triliun yuan. Surplus perdagangan yang melampaui 7 triliun yuan tersebut telah menarik perhatian luas.

Seorang pejabat dari Administrasi Umum Kepabeanan (General Administration of Customs/GAC) China mengatakan negara itu tidak mengejar surplus perdagangan. Skala spesifik ekspor, impor, dan neraca perdagangan dihasilkan dari kombinasi berbagai faktor, termasuk penawaran dan permintaan internasional, pembagian kerja dalam industri, dan persaingan pasar.

Chen Hongna, seorang associate researcher di Pusat Riset Pembangunan Dewan Negara China, mengatakan ketidakseimbangan perdagangan merupakan tantangan global, seraya mengungkapkan hal itu tidak hanya berasal dari hukum ekonomi objektif tetapi juga dari keunggulan komparatif dan faktor ekonomi makro negara.

"Berdasarkan kebutuhan pembangunan internal China, penekanan pada pembangunan impor-ekspor yang seimbang bertujuan untuk mendorong peningkatan konsumsi domestik dan transformasi industri melalui impor, berbagi peluang pembangunan dengan mitra dagang, sehingga mengurangi ketidakseimbangan perdagangan serta meningkatkan kemampuan respons proaktif," urai Chen dilansir Xinhua.

Untuk tujuan tersebut, China mengimplementasikan berbagai langkah konkret, termasuk meningkatkan diversifikasi pasar, mengintegrasikan perdagangan dalam dan luar negeri, memperluas perdagangan barang setengah jadi dan perdagangan hijau, mengembangkan perdagangan jasa secara aktif, menyempurnakan sistem pengelolaan daftar negatif untuk perdagangan jasa lintas perbatasan, serta memperluas keterbukaan di sektor digital secara teratur.

Langkah-langkah tertarget tersebut bertujuan untuk menstabilkan ekspor dengan meningkatkan ketahanan terhadap guncangan dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan peraturan, sembari memperluas impor barang dan jasa berkualitas tinggi utama.

China telah membangun jaringan komprehensif platform nasional, regional, dan daring untuk memperluas impor, dengan Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) menjadi contoh yang menonjol.

Sebagai pameran impor tingkat nasional pertama di dunia, CIIE telah mencapai target transaksi kumulatif yang melampaui 583 miliar dolar AS selama delapan edisi. Total nilai transaksi pada CIIE kedelapan, yang berakhir pada awal bulan ini, mencapai rekor tertinggi sebesar 83,49 miliar dolar AS, naik 4,4 persen dari edisi sebelumnya.

Menteri Perdagangan China Wang Wentao pada Oktober lalu mengatakan keterbukaan berstandar tinggi telah menjadi upaya besar yang menguntungkan China dan dunia. Pada 2024, China menjadi mitra dagang utama bagi lebih dari 150 negara dan kawasan.

Pada periode Rencana Lima Tahun ke-14 (2021-2025), nilai impor barang dan jasa diperkirakan akan melampaui 15 triliun dolar AS, menurut Wang. Investasi China di luar negeri telah menyumbang lebih dari 300 miliar dolar AS dalam bentuk pendapatan pajak bagi negara penerima investasi, menciptakan lapangan kerja yang substansial, serta mendorong industrialisasi dan modernisasi lokal.

Sejumlah pakar industri meyakini bahwa, seiring kemajuan China dalam proses keterbukaan berstandar tinggi, penting kiranya untuk menstabilkan ekspor sekaligus memperluas impor.

"Selama lima tahun ke depan, seiring permintaan eksternal tidak lagi menjadi satu-satunya pilar pertumbuhannya, China akan bersinergi dengan keterbukaan yang lebih luas dengan pasar domestik yang kuat untuk mencapai pertumbuhan yang lebih seimbang, baik dalam ekspor maupun impor," menurut laporan KPMG China, seraya menyebut bahwa permintaan pasar China yang sangat besar dan dukungan rantai industri yang efisien akan terus memberikan peluang pembangunan yang lebih luas bagi perusahaan multinasional.

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |