London (ANTARA) - Polisi Inggris pada Senin (26/5) waktu setempat mengonfirmasi bahwa insiden di Water Street, Liverpool, di mana sebuah mobil menabrak kerumunan pejalan kaki, tidak dianggap sebagai tindakan yang berkaitan dengan terorisme.
Dalam konferensi pers, Wakil Kepala Polisi Merseyside Jenny Sims menggambarkan kejadian tersebut sebagai sesuatu yang "mengerikan" dan menyampaikan simpatinya kepada semua korban yang terluka.
Insiden itu terjadi saat sekelompok pendukung Liverpool merayakan kemenangan klub mereka dalam Liga Premier di pusat kota Liverpool pada Senin malam.
"Seorang pria berusia 53 tahun diyakini sebagai pengemudi kendaraan," kata Sims, sembari menambahkan bahwa penyelidikan terkait latar belakang kejadian ini masih berlangsung.
David Kitchen dari Layanan Ambulans North West mengonfirmasi bahwa 27 orang telah dibawa ke rumah sakit di Liverpool dan dua orang mengalami luka serius, termasuk seorang anak-anak.
"Para dokter, paramedis, dan tim medis lainnya dengan cepat memberikan bantuan dan merespons apa yang terjadi di Water Street," ujar Kitchen.
Ia juga mencatat bahwa seorang paramedis yang sedang bersepeda turut tertabrak, namun tidak mengalami luka serius.
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Merseyside, Nick Searle, menggambarkan situasi “banyak orang terluka” di lokasi kejadian dan mengungkapkan bahwa empat orang terjebak di bawah kendaraan.
“Tiga orang dewasa dan satu anak diselamatkan dari bawah kendaraan dan dibawa ke ambulans,” kata Searle.
Para pengamat mencatat bahwa pengungkapan identitas tersangka yang cepat dapat mencerminkan pelajaran yang diambil dari insiden sebelumnya.
Musim panas lalu, sebuah serangan penusukan di kelas tari anak-anak di Southport, Inggris, mengakibatkan tiga anak perempuan tewas. Beberapa jam kemudian, protes dan kerusuhan yang disertai kekerasan meletus ke berbagai wilayah, dipicu oleh informasi palsu di media sosial dan sentimen sayap kanan.
Awalnya, pelaku secara keliru dikaitkan dengan seorang migran Muslim, yang memicu kemarahan dan protes di seluruh negeri. Axel Rudakubana, 18 tahun, yang lahir di Cardiff, kemudian didakwa terkait pembunuhan tersebut.
Keterlambatan informasi waktu itu menciptakan kekosongan yang dengan cepat diisi oleh akun-akun sayap kanan yang menyebarkan disinformasi secara daring.
Kali ini, tampaknya kepolisian bertekad untuk menghindari kekacauan serupa dengan menyampaikan informasi kepada publik secara jelas dan cepat.
Sumber: Anadolu
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2025