Yogyakarta (ANTARA) - Menteri Ekonomi Kreatif (Menteri Ekraf) Teuku Riefky Harsya menyebut Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) Market 2025 membuka peluang "intellectual property" (IP) atau kekayaan intelektual kreatif Indonesia dikomersialisasikan ke pasar global.
"Kalau kita katakan, 'Kok Hollywood bisa (mendunia), kok Korea bisa, kok Jepang bisa, Prancis, Inggris bisa?', kami melihat bahwa ini saatnya IP Indonesia mendunia," kata Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya saat mengunjungi JAFF Market 2025 di Jogja Expo Center (JEC), Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu.
Menteri Ekraf meyakini JAFF Market 2025 efektif memperkuat ekosistem film nasional karena mempertemukan para pemilik IP kreatif dengan rumah produksi, produser, dan investor.
Platform tersebut, menurut dia, menjadi ruang penting komersialisasi karya lintas medium mulai dari animasi, komik, novel, hingga gim yang berpotensi diadaptasi menjadi film maupun series.
"Kementerian Ekonomi Kreatif tentu ingin sekali mendukung agar pemilik IP, event seperti ini, begitu juga dengan ekosistemnya bisa semakin besar," ujar dia.
Riefky menegaskan bahwa industri kreatif nasional kini berada dalam fase pertumbuhan.
Meski begitu, ia mengakui masih ada sejumlah tantangan yang sering dihadapi pelaku industri film, terutama soal akses pendanaan dan insentif serta keterbatasan akses ke layar lebar.
"Kami kementerian dengan ekosistem, dengan komunitas, juga terus berdampingan untuk mencari solusi-solusinya," ujar dia.
Riefky Harsya menyebut realisasi investasi ekonomi kreatif pada semester pertama 2025 telah mencapai 66 persen dari target, sedangkan tenaga kerja ekonomi kreatif pada Oktober 2025 tercatat sebanyak 27,4 juta orang atau 1,9 juta di atas target tahun ini.
Selaras Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, ia mengatakan penciptaan lapangan kerja berkualitas menjadi salah satu prioritas pemerintah, salah satunya melalui sektor ekonomi kreatif.
"Skill inilah yang terus kita ingin tingkatkan agar juga semakin kompetitif produk dari per-filman kita," ujar Menteri Ekraf.
Ketua JAFF Content Market Robby Wahyudi menjelaskan bahwa JAFF Market tahun ini disiapkan untuk mempertemukan berbagai IP lintas medium dengan rumah produksi (production house/PH).
"Ini inisiasi dari JAFF sendiri sebagai penyelenggara festival, membuat market atau pasar. Salah satu pilarnya adalah content market IP," ucap Robby.
Tahun ini, sekitar 60 IP mendaftar untuk program kurasi JAFF Content Market dan hanya 10 yang terpilih, sementara total peserta pameran atau exhibitor dalam ajang tersebut mencapai 118 stan dari berbagai pelaku industri kreatif.
Dalam mekanisme market, para kreator komik, gim, animasi, dan novel dipertemukan dengan PH untuk menawarkan IP mereka agar dapat diadaptasi.
Robby menyebut pada penyelenggaraan tahun lalu, tiga dari sepuluh IP terpilih sudah masuk proses produksi dan dua di antaranya telah disaksikan langsung oleh Menteri Ekraf.
"Kami memilih IP-IP yang memang bisa difilmkan atau dijadikan animasi, atau jadi series," ujarnya.
Baca juga: Kemenekraf dukung JAFF Content Market untuk perkuat kekayaan IP lokal
Baca juga: Kebangkitan Film Indonesia, tuan rumah di negeri sendiri
Baca juga: JAFF dorong sineas daftar program JAFF Market untuk jaring koneksi
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































