Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memastikan akan melanjutkan translokasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) setelah terjadi kematian badak yang menjalani pemindahan akibat penyakit kronis yang sudah lama dialaminya.
Dalam konferensi pers di Jakarta pada Jumat Wakil Menteri Kehutanan (Wamenhut) Rohmat Marzuki menjelaskan kematian Badak Musofa diakibatkan penyakit kronis terjadi sebelum tahapan penangkapan dari translokasi Operasi Merah Putih, termasuk kondisi hipoproteinemia karena kekurusan akibat infestasi berat dari cacing parasit di saluran pencernaan.
"Kami berkomitmen untuk mengevaluasi dan memperbaiki seluruh aspek kesehatan dan pengolahan populasi Badak Jawa. Saat ini tim Kementerian Kehutanan bersama para ahli sedang memperkuat pemantauan populasi, surveillance penyakit, pemantauan terhadap penyakit, kesehatan dari satwa, serta standar keamanan habitat," jelas Wamenhut Rohmat Marzuki.
Dia menjelaskan proses pemindahan Musofa ke areal Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) yang masih berada di dalam Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) sudah mengikuti standar prosedur operasi dan dipantau oleh para pakar mulai dari ahli konservasi sampai tim medis.
Baca juga: Kemenhut pastikan badak mati saat translokasi akibat penyakit kronis
Badak Jawa masuk dalam satwa endemik Indonesia yang hanya tersisa satu-satunya di dunia di wilayah TNUK. Populasinya di alam liar diperkirakan tersisa 87-100 individu, menjadikan satwa itu masuk dalam kategori kritis terancam punah di dalam Daftar Merah yang dikeluarkan IUCN.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kemenhut Satyawan Pudyatmoko menyoroti urgensi dari translokasi untuk meningkatkan populasi Badak Jawa.
Dia menyoroti bahaya yang dihadapi populasi Badak Jawa tidak hanya dari eksternal, seperti perburuan liar, kehilangan habitat, dan degradasi lingkungan, tapi juga fenomena perkawinan sedarah (inbreeding) dan penurunan keanekaragaman genetik.
Secara khusus karena penurunan populasi secara signifikan hanya tersisa dua tipe haplotype atau gen yang berada dalam sebuah organisme.
"Kalau lihat dari foto-foto camera trap, ada beberapa anak badak dan juga badak dewasa yang menunjukkan adanya kelainan morfologis, ini adalah tanda-tanda adanya inbreeding. Sehingga translokasi menuju captive breeding, penggunaan teknologi ART, biobank, mungkin nanti kultur jaringan menjadi alternatif di tengah kemajuan ilmu," tutur Satyawan.
Baca juga: TNUK perkuat deteksi dan kelola habitat usai Musofa gagal diselamatkan
Untuk itu kelanjutan Operasi Merah Putih translokasi Badak Jawa akan dilanjutkan sebagai salah satu cara untuk menyelamatkan spesies tersebut.
"Ini kita akan evaluasi dan semoga nanti kita bisa dalam waktu dekat ini bisa melanjutkan kembali," tambah Satyawan.
Peringatan keras juga diberikan oleh pakar dari Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University Dr Muhammad Agil. Dia menyebut translokasi menjadi salah satu jalan untuk menyelamatkan populasi Badak Jawa atau mereka akan menghadapi ancaman kepunahan dalam 50 tahun.
Dia menjelaskan kemajuan teknologi dengan menggunakan Assisted Reproductive Technology (ART) dan biobank dapat menjadi harapan untuk penambahan populasi Badak Jawa.
"Apakah Badak Jawa akan biarkan mati dalam jangka waktu 50 tahun, without any action? Kita sebagai manusia, sebagai khalifah di buka bumi, satu-satunya jalan adalah kita mencoba untuk propagasi secara terukur," tuturnya.
Baca juga: RI terima dua penghargaan dari PBB karena penegakan hukum lingkungan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































