Balikpapan (ANTARA) - Alam seyogyanya tidak akan murka manakala manusia memperlakukannya dengan kasih sayang dan kepedulian. Filosofi ini menjadi napas kehidupan bagi sekelompok rumah tangga di Kampung Iklim Sepinggan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.
Di bawah motor penggerak Abdul Rahman, warga Kampung Iklim tidak membiarkan air dari langit berlalu begitu saja menjadi genangan yang sia-sia. Mereka menyediakan ruang-ruang penadah hujan, menampung berkah itu untuk keperluan rumah tangga.
Bagi mereka, ini adalah siklus berkah: dari alam, dimanfaatkan secukupnya, dan kembali menjaga alam.
Abdul Rahman, Ketua Penggerak Program Kampung Iklim (Proklim) Sepinggan, menjelaskan bahwa inisiatif memanen air hujan bukan sekadar tren gaya hidup hijau, melainkan sebuah kebutuhan sekaligus adaptasi dan mitigasi bencana.
“Jadi air hujan itu tidak lari ke jalan atau ke selokan yang bisa memicu banjir, tapi larinya ke rumah masing-masing untuk dimanfaatkan,” ujar Rahman.
Kapasitas bak penampung air hujan yang disiapkan oleh sejumlah rumah tangga di kampung tersebut bervariasi, sekitar 1.000 hingga 2.000 liter.
Upaya ini menjadi krusial mengingat lokasi permukiman di tempat Rahman tinggal jauh dari jalan raya, sekitar tiga kilometer dan belum terjangkau oleh layanan air bersih PDAM.
Rahman menuturkan, sebelum gerakan ini masif dilakukan, warga harus merogoh kocek untuk membeli air tandon. Kini, dengan bak-bak penampungan dan instalasi pemanen air hujan, warga bisa berhemat secara ekonomi sekaligus mandiri secara ekologi. Air yang ditadah dapat digunakan untuk mandi dan kebutuhan domestik lainnya.
Air itulah juga yang digunakan Rahman untuk budidaya ikan air tawar serta pengairan untuk tanaman hidroponik hingga lahan palawija di perkarangan warga.
“Ini juga menghemat air dan warga tidak perlu membeli air tandon. Pengaruhnya terhadap dampak lingkungan juga bagus karena mengurangi risiko banjir,” kata Rahman.
Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































