Guru Besar UI wakili Indonesia di ajang WIPO di Jenewa Swiss

1 week ago 5

Depok (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Prof. Fatma Lestari mewakili Indonesia dalam ajang International Conference on Intellectual Property and Development yang diselenggarakan World Intellectual Property Organization (WIPO) di Jenewa, Swiss.

Fatma Lestari dalam keterangannya, Senin, mengatakan dirinya memaparkan pengalaman dan programnya pada sesi panel ketiga dengan judul Inovasi untuk Keselamatan dan Kesehatan di Tempat Kerja.

Pemaparan materi yang disampaikan Fatma fokus tentang peran penting inovasi dalam perkuatan sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia. Lebih khusus lagi melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan (AI), realitas virtual (VR), dan Internet of Things (IoT) pada berbagai sektor industri berisiko tinggi, termasuk pertambangan, manufaktur, dan konstruksi.

Fatma juga menyampaikan perlunya perlindungan kekayaan intelektual untuk mendukung keberlanjutan beragam inovasi tersebut.

Selain sebagai peneliti dan juga dosen di Departemen K3 FKM UI, Fatma diamanahkan sebagai Kepala Pusat Pengurangan Risiko Bencana (Disaster Risk Reduction Center) di Universitas Indonesia.

Adapun kehadirannya dalam forum internasional WIPO menjadi cerminan komitmen Indonesia salam menjadikan aspek K3 sebagai bagian integral dari pembangunan berkelanjutan, serta perkuatan kerja sama global dalam menciptakan lingkungan kerja aman, sehat, dan produktif.

Di antara materi yang disampaikan oleh Prof. Fatma adalah terkait rekam jejak organisasi dan dirinya dalam menghadapi tantangan melalui mobile apps for training, inspection, emergency response (edurisk), community-based programs, and media campaign.

Baca juga: Dosen UI terpilih jadi anggota dewan organisasi dokter bedah vaskular
Baca juga: UI punya skema, calon mahasiswa tak perlu khawatir UKT tinggi

Sebagai contoh aplikasi yang sudah dibuat adalah HIS (Hospital Safety Index) yang merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh DRRC UI dalam berbentuk checklist kesiapsiagaan rumah sakit menghadapi keadaan darurat dan bencana.

Selain itu dipaparkan juga kondisi Indonesia yang memiliki total jumlah penduduk 284,4 juta. Sementara persentase penduduk yang bekerja sejumlah 69 persen atau sebanyak 208,54 juta. Paling banyak bergerak pada sektor industri jasa yaitu 45 persen.

Sementara sektor lain terdiri atas 27 persen pertanian, 13 persen manufaktur, 6 persen pendidikan, 6 persen kesehatan, serta 2 persen pertambangan.

Yang menjadi perhatian dan harus menjadi perbaikan ke depannya adalah terkait data yang disampaikan oleh BPJS Ketenagakerjaan yakni terkait angka kecelakaan kerja yang masih tinggi.

Maka dari itu, salah satu cara yang dilakukan oleh Prof. Fatma dan tim adalah dengan menghadirkan beragam aplikasi dan edukasi maupun program yang layak diimplementasikan pada sektor industri maupun minyak dan gas serta bidang lain yang memiliki risiko atas pekerjaan yang dilakukan.

Inovasi AI dan transformasi IoT di Indonesia dapat meningkatkan deteksi potensi bahaya, pengawasan secara real-time, dan memprediksi analisis di tempat kerja. Kedua piranti canggih ini memungkinkan lebih banyak lagi dilakukannya tindakan proaktif dan manajemen keselamatan (predictive safety management). Misalnya membantu secara aktif identifikasi risiko, SOP keselamatan secara otomatis, dan membantu para pengambil keputusan,” ujarnya.

Konferensi yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali ini, pada 2025 mengambil tema Peran Hak Kekayaan Intelektual dan Inovasi dalam Mengatasi Tantangan Kesehatan Global: Mendorong Transfer Teknologi dan Kolaborasi. Jumlah partisipannya pun lebih dari 200 negara.

Kegiatan ini sendiri dibuka dan ditutup oleh WIPO Deputy Director General, Hasan KLEIB yang merupakan orang Indonesia.

Baca juga: UI dorong penguatan riset lintas negara dengan UC Berkeley
Baca juga: Guru besar UI rekomendasikan empat strategi keamanan laut

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |