Jakarta (ANTARA) - Ekonom yang juga Head of Mandiri Institute Bank Mandiri Andre Simangunsong menyampaikan bahwa tingkat tabungan masyarakat kelas bawah mulai kembali meningkat pada pertengahan Mei 2025 setelah menyentuh level terendah pada April 2025.
Ia menuturkan bahwa menurut data Mandiri Spending Index per 15 Mei 2025, indeks tabungan masyarakat kelas bawah tercatat sebesar 79,6 indeks poin. Meskipun begitu, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar 85,9 indeks poin pada Mei 2024.
“Selama hampir sepanjang 2025, (indeks) tabungan ini, terutama untuk kelompok bawah, sedikit menurun. Namun, kami lihat di minggu (pertengahan) Mei ini, tingkat tabungan kelompok bawah mulai meningkat,” ucap Andre Simangunsong di Jakarta, Senin.
“Ini semoga menjadi katalis positif ke depan bahwa masyarakat mulai mendapatkan pendapatan atau income yang lebih tinggi,” lanjutnya.
Sementara itu, indeks tabungan masyarakat kelas menegah dan masyarakat kelas atas terus menurun dibandingkan posisi pada April 2025. Indeks tabungan kedua kelompok masyarakat tersebut juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Indeks tabungan masyarakat kelas menengah menurun dari 100,9 indeks poin pada Mei 2024 menjadi 100,8 indeks poin pada Mei 2025, sedangkan indeks tabungan masyarakat kelas atas menurun dari 96,7 indeks poin pada Mei 2024 menjadi 93,3 indeks poin pada Mei 2025.
Walaupun saat ini terdapat peningkatan tabungan di kalangan masyarakat kelas bawah, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menuturkan bahwa penurunan daya beli masih terus terjadi, terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah.
“Memang kalau dilihat kelompok yang middle to lower (menengah ke bawah) memang terjadi penurunan daya beli ya, di mana kalau kita lihat juga savings-nya (tabungannya) juga menurun, walaupun tadi menarik bahwa di data terakhir kami itu savings di kelompok bawah itu meningkat,” kata Andry Asmoro.
Sementara itu, konsumsi kelompok masyarakat kelas menengah ke atas cenderung stabil. Ia menuturkan bahwa hal tersebut terlihat dari meningkatnya belanja untuk makanan dan kebutuhan pokok (staple food) serta komoditas terkait mobilitas dan gaya hidup, seperti tiket perjalanan dan produk skincare.
Ia mengatakan bahwa ke depannya daya beli masyarakat akan lebih dipengaruhi oleh faktor fundamental perekonomian nasional, salah satunya terkait industri manufaktur.
“Nah, ke depannya tentu saja tergantung dari faktor fundamental di Indonesia sendiri, terkait yang akan mempengaruhi kemudian daya beli masyarakat Indonesia, seperti perkembangan industri manufaktur, terutama kalau kita lihat dari dampak dari trade war (perang dagang) kepada industri manufaktur kita,” ujar Andry.
Selain faktor fundamental, Head of Macroeconomics and Financial Market Research Development Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menyampaikan bahwa kepercayaan konsumen (consumer confidence) juga dapat memengaruhi tingkat daya beli masyarakat.
Ia mengatakan bahwa tingkat inflasi nasional yang rendah, kurs yang sudah mulai menguat dan kembali terjaga, serta potensi rebound dari pasar saham dan aset membuka peluang terjadinya peningkatan daya beli masyarakat.
“Jadi, harusnya ini bisa ke depan membuat optimis ya dari segi konsumen untuk mempertahankan daya belinya atau meningkatkan konsumsi,” imbuh Dian Ayu Yustina.
Baca juga: LPS sebut PPN 12 persen berpotensi pengaruhi tabungan masyarakat
Baca juga: UOB sebut 97 persen masyarakat sisihkan pendapatan untuk tabungan
Baca juga: OJK sebut Danantara tak kurangi keamanan tabungan masyarakat di bank
Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025