Analis: Pondasi keuangan keluarga perlu dipupuk antisipasi risiko

7 hours ago 3

Jakarta (ANTARA) - Analis pasar modal yang juga Presiden Direktur Schroders Indonesia, Michael T. Tjoajadi mengingatkan pondasi keuangan keluarga perlu dipupuk sejak dini untuk mengantisipasi risiko di masa depan

"Risiko ini bermacam-macam mulai dari kehilangan pekerjaan hingga masalah kesehatan. Semua ini harus diantisipasi oleh mereka yang berencana membangun keluarga," kata Michael di Jakarta, Rabu.

Menurut Michael, semua cita-cita orang tua adalah agar anak-anaknya bisa menamatkan pendidikannya lebih tinggi dan mendapat pekerjaan lebih baik.

Baca juga: Dongkrak ekonomi keluarga, BKKBN gandeng BI kenalkan literasi keuangan

"Semua orang tua tentunya berkeinginan agar anak-anaknya bisa naik kelas. Sehingga, membangun pondasi keuangan yang kuat sejak awal berkeluarga merupakan langkah paling bijak," ucapnya.

Sebagai contoh di tengah tekanan ekonomi global, seorang kepala keluarga kehilangan pekerjaannya. Risiko seperti itu seharusnya sudah diantisipasi agar tidak mengorbankan sekolah anak dan pemenuhan kesehatan keluarga.

"Ibaratnya masih ada dukungan dana, seraya menunggu sang kepala keluarga untuk mendapatkan pekerjaan atau sumber penghasilan lagi," kata Michael.

Sementara itu, Direktur AXA Mandiri Rudi Nugraha menjelaskan keuangan keluarga bisa diibaratkan dengan piramida, yang mana di lapis bawah merupakan pondasi yang harus dibuat lebih kuat.

Baca juga: Ini tips atur keuangan di 2025 untuk pekerja baru dan keluarga muda

"Lapis paling bawah itu pengelolaan risiko. Risiko yang perlu diantisipasi ke depan itu mulai dari sakit, kecelakaan, cacat, meninggal, dan menjadi tua (pensiun)," ucap Rudi.

Lapis berikutnya siapkan dana cadangan, lapis ketiga instrumen yang aman deposito dan obligasi, lapis keempat aset tetap (rumah), lapis berikutnya saham, bisnis, dan alat.

"Tentunya saat nanti kita sudah tidak ada, jangan sampai membebani keluarga yang ditinggalkan. Semua aset yang dimiliki tersebut bisa diwariskan kepada keluarga," jelas dia.

Langkah-langkah antisipasi ini bagi keluarga sangat penting terutama untuk menghadapi kondisi ekonomi sekarang ini.

Bank Indonesia belum lama ini telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 4,6-5,4 persen sebagai dampak dari perang tarif oleh Presiden AS Donald Trump.

Baca juga: Wamenduk tekankan pentingnya investasi kelola keuangan keluarga

Sedangkan, Pemprov DKI Jakarta untuk mengantisipasi angka pengangguran terus menyiapkan sejumlah strategi mulai dari penyediaan bursa kerja, memberikan kemudahan berusaha, hingga menggelar pelatihan kerja.

Rudi mengatakan bagi kalangan muda yang baru mulai bekerja ada baiknya mulai dengan memperkuat pondasi keuangannya terlebih dahulu sebelum memikirkan hal lain seperti membeli kendaraan, berwisata, dan lain-lainnya.

Terkait warisan, dia mengatakan lebih mudah meninggalkan dalam bentuk produk finansial dibandingkan misalnya dalam bentuk properti yang membutuhkan proses "apraisal" (penilaian) dan pengurusan pajak.

"Produk finansial itu juga bisa menghindarkan konflik di kalangan keluarga," katanya.

Pewarta: Ganet Dirgantara
Editor: Syaiful Hakim
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |