Transformasi pesantren didorong untuk cetak santri kompetitif

2 weeks ago 11
...Transformasi bukan berarti menghapus tradisi

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menegaskan pentingnya transformasi tata kelola pesantren sebagai agenda strategis nasional dalam mendorong santri agar memiliki jiwa kompetitif dan adaptif terhadap perkembangan zaman.

"Transformasi bukan berarti menghapus tradisi. Keikhlasan, keberkahan, dan kejujuran tetap menjadi ruh pesantren. Yang berubah adalah kualitas tata kelolanya," ujar Direktur Pesantren Kemenag Basnang Said dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Penegasan tersebut disampaikan Basnang Said dalam Halaqah Penguatan Kelembagaan Pendirian Direktorat Jenderal Pesantren bertema “Transformasi Pendidikan Pesantren”, yang berlangsung di UIN Alauddin Makassar.

Kegiatan yang dihadiri puluhan pimpinan pesantren dan akademisi dengan menghadirkan dua narasumber yakni Hamzah Harun Ar-Rasyid selaku Pimpinan PPTQ Halaqah Hafizhah dan Ketua Tanfidziyah PWNU Sulawesi Selatan, dan Nurfadjri Fadeli Luran selaku Ketua Umum Yasdic IMMIM.

Baca juga: Kemenag: Alumni pesantren harus jadi bagian krusial di berbagai bidang

Basnang Said mengatakan pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara. Pesantren sudah ada sejak abad ke-14, jauh sebelum Belanda datang dengan sistem sekolah modern.

Ia mengingatkan bahwa perjalanan panjang pesantren juga mencatat masa ketika lembaga ini terpinggirkan oleh modernisasi kolonial. Momentum kebangkitan kembali diperkuat melalui Program PBSB era Menteri Agama M. Maftuh Basyuni yang mendorong santri tampil sebagai lulusan terbaik di berbagai perguruan tinggi ternama.

Basnang turut menyoroti evolusi pengakuan negara terhadap pesantren, mulai dari program kesetaraan pada masa Presiden Gus Dur, penetapan Hari Santri oleh Presiden Joko Widodo, hingga lahirnya UU No. 18/2019 tentang Pesantren.

“Undang-undang itu menguatkan martabat pesantren sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,” kata dia.

Meski demikian, ia menyoroti tantangan baru yang muncul, terutama hilangnya kajian kitab-kitab klasik seperti balaghah, mantik, dan arudh pada beberapa pesantren yang terintegrasi dengan pendidikan formal.

Baca juga: Rektor: Tradisi keilmuan di pesantren harus adaptif terhadap perubahan

Kemenag, katanya, telah menyiapkan langkah sistematis untuk mengembalikan kekuatan tradisi keilmuan pesantren.

Ketua Tanfidziyah PWNU Sulawesi Selatan Hamzah Harun Ar-Rasyid menekankan pendidikan pesantren berakar pada pembentukan karakter yang berkesadaran spiritual.

“Santri harus merasa selalu dalam pengawasan Allah. Jika itu tertanam, maka seorang santri tidak akan mungkin berkhianat, meskipun nanti ia menjadi rektor atau menteri,” ujarnya.

Ia menguraikan enam pilar pendidikan menurut Imam Syafi’i yakni kecerdasan, semangat, kesungguhan, kecukupan ekonomi, kedekatan dengan guru, dan ketekunan waktu. Kendati demikian, kebutuhan zaman menuntut lebih.

“Pesantren harus masuk ke dunia digital, memperkuat ekonomi, dan membangun jejaring global,” kata dia.

Baca juga: Menkop: Koperasi pondok pesantren bisa menjadi motor rantai pasok

Hamzah mencontohkan keberhasilan muadalah As’adiyah yang diakui pemerintah Mesir dan terbukanya peluang pertukaran dosen serta mahasiswa melalui kerja sama internasional.

Sementara itu, Ketua Umum Yasdic IMMIM Nurfadjri Fadeli Luran menegaskan transformasi manajemen pesantren kini menjadi kebutuhan mendesak. Dari total 42.000 pesantren dengan 6 juta santri, sebagian besar masih bertahan dengan pola pengelolaan tradisional sehingga sulit berkompetisi di tengah percepatan digital.

Ia menjelaskan perbedaan antara model pesantren tradisional dan pesantren modern, mulai dari struktur organisasi, adopsi teknologi, hingga tata kelola keuangan.

Transformasi menurutnya meliputi tiga dimensi yakni struktur (penguatan organisasi dan kepemimpinan), proses (penyusunan SOP, digitalisasi layanan, dan transparansi keuangan, serta budaya (penguatan asrama sesuai UU Pesantren serta kolaborasi dengan alumni dan mitra global).

Baca juga: Kemenag siapkan UIN dan pesantren bagi pelajar Palestina

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article
Rakyat news | | | |