Kisah di balik kopi: Perjuangan Afrika melawan kolonialisme (Bagian 4)

1 day ago 6

Nairobi (ANTARA) - Saat ini, koperasi membantu petani dalam meningkatkan hasil panen per pohon, dengan beberapa laporan mengindikasikan bahwa pohon yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan hingga 40 kilogram per tahun, kata Wakil Ketua Asosiasi Kopi Unggulan Afrika Karuga Macharia.

Di Kirinyaga County, Kenya, Perhimpunan Koperasi Petani Mutira, yang terdiri dari sekitar 8.000 petani skala kecil, memanfaatkan tanah vulkanis yang unik dan iklim yang menguntungkan di wilayah tersebut untuk menghasilkan kopi berkualitas tinggi yang banyak diminati di pasar internasional.

Pakar agronomi dari Perhimpunan Koperasi Petani Mutira Victor Munene mengatakan bahwa koperasinya menyediakan pupuk dan pestisida bagi para petani dengan skema kredit sehingga mereka dapat melunasi pinjaman setelah mengirimkan buah kopi mereka.

"Sistem ini memastikan bahwa petani dapat mengakses input yang diperlukan bahkan ketika mereka tidak memiliki dana yang cukup sehingga dapat meningkatkan panen dan kualitas kopi mereka," kata Munene.

Dia menambahkan bahwa koperasi menawarkan sesi pelatihan secara daring dan tatap muka serta konsultasi via telepon untuk membantu para petani.

Selain itu, koperasi juga secara teratur merekrut pakar agronomi untuk melakukan pengambilan sampel dan analisis tanah, yang memungkinkan pengidentifikasian tepat terkait nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang optimal.

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Kenya telah mengintensifkan upayanya untuk mendukung dan mereformasi industri kopi di negara tersebut melalui beberapa inisiatif utama. Salah satu inisiatif utamanya adalah pembentukan dan perluasan Dana Bergulir Buah Kopi (Coffee Cherry Advance Revolving Fund) yang memberikan pinjaman tanpa jaminan kepada petani skala kecil untuk memudahkan mereka mengakses pinjaman.

Pemerintah juga telah memperkenalkan "jaminan pembayaran tiga hari" di bawah platform Sistem Penyelesaian Langsung, yang memastikan bahwa petani menerima pembayaran dalam waktu 72 jam setelah mengirimkan buah kopi mereka. Ini merupakan peningkatan signifikan dari masa tunggu persetujuan sebelumnya, yaitu lima hingga 14 hari.

Sebelumnya pada tahun ini, beberapa departemen pemerintah bersama-sama meluncurkan kebijakan baru yang bertujuan untuk semakin meningkatkan teknik budi daya kopi, memperluas penanaman ke daerah-daerah nontradisional, dan meningkatkan transparansi dalam sistem lelang.

Menurut Biro Statistik Nasional Kenya, volume ekspor kopi negara itu naik 12 persen pada 2024 menjadi 53.519 ton. Pendapatan ekspor juga meningkat, naik dari 251 juta dolar AS pada 2023 menjadi 296 juta dolar AS pada 2024.

Selain mengarahkan petani skala kecil ke dalam koperasi guna memperkuat daya tawar kolektif, beberapa negara Afrika juga berupaya untuk meningkatkan nilai tambah di sektor kopi dengan mengembangkan merek-merek lokal.

Ethiopia, yang saat ini merupakan produsen kopi terbesar di Afrika dan kelima terbesar di dunia, memproduksi sekitar 600.000 ton kopi setiap tahun. Dalam beberapa tahun terakhir, negara itu telah mengambil langkah signifikan untuk merestrukturisasi industri kopinya, beralih dari ekspor biji kopi mentah menjadi produk bernilai tambah yang dibuat khusus, seiring peningkatan yang dialami dalam rantai nilai.

Untuk mendukung transisi itu, pemerintah Ethiopia telah memperkenalkan berbagai kebijakan, termasuk mendaftarkan merek dagang kopi nasional di pasar-pasar internasional utama dan secara aktif mempromosikan merek-merek kopi Ethiopia secara global.

Pada 2004, menyadari bahwa sebagian besar produsen kopinya adalah petani skala kecil, pemerintah Ethiopia meluncurkan Inisiatif Merek Dagang dan Perizinan Kopi Unggulan Ethiopia. Inisiatif itu mendaftarkan merek dagang untuk tiga daerah penghasil kopi terkenal, yakni Yirgacheffe, Sidamo, dan Harar.

Uganda juga telah melakukan upaya bersama untuk meningkatkan nilai tambah di sektor kopinya. Presiden Uganda Yoweri Museveni secara konsisten menekankan bahwa peningkatan nilai tambah merupakan hal yang penting dalam pengembangan industri kopi di negaranya.

Pada 2024, dia menandatangani Amendemen Rancangan Undang-Undang (RUU) Kopi Nasional menjadi undang-undang, yang mendorong pembentukan sistem lelang kopi yang transparan demi melindungi petani dari eksploitasi perantara dan mendorong pertumbuhan perusahaan pengolahan lokal yang berfokus pada produk kopi bernilai tambah.

Kenya, Ethiopia, dan negara-negara penghasil kopi lainnya di Afrika juga membina kerja sama Selatan-Selatan untuk meningkatkan posisi mereka di industri kopi global dengan memperluas jaringan penjualan mereka melalui pameran dagang dan platform e-commerce, yang menyasar pasar-pasar berkembang seperti Mesir, Nigeria, dan China.

"Jika saya tahu sebuah lagu Afrika, tentang jerapah dan bulan baru Afrika yang seolah berbaring di punggungnya, tentang bajak di ladang dan wajah-wajah berkeringat para pemetik kopi, apakah Afrika tahu sebuah lagu tentang saya...," kata penulis Denmark Karen Blixen dalam "Out of Africa" terbitan 1937.

Jika biji kopi yang sederhana dapat bernyanyi, nyanyiannya akan menggambarkan kepahitan masa lalu kolonial, ujian untuk mencapai kemerdekaan, dan semangat abadi perjuangan Afrika untuk keadilan dan kemandirian.

Pewarta: Xinhua
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2025

Read Entire Article
Rakyat news | | | |