Jakarta (ANTARA) - Direktur Tanaman Sawit dan Aneka Palma Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) Ardi Praptono mengatakan, industri dengan pemanfaatan teknologi dan sumber daya manusia (SDM) yang berimbang dan tepat dapat memacu daya saing Indonesia di sektor pengolahan kelapa sawit.
“Kalau kita bicara teknologi tentu berkaitan juga dengan bagaimana pemanfaatan lapangan kerja, dan ini harus kita seimbangkan. Artinya bahwa efisiensi yang dilakukan teknologi juga tidak meninggalkan dari tenaga kerja yang ada,” kata Ardi saat ditemui di Jakarta, Rabu.
“Saya kira penyeimbangan dari antara teknologi dan kebutuhan tenaga kerja ini harus kita capai, supaya nanti teknologi ini juga bisa meningkatkan nilai tambah, tetapi tidak meninggalkan pada kebutuhan tenaga kerja kita,” ujar dia menambahkan.
Ardi mengatakan, penerapan teknologi di industri sawit menjadi penting, terutama untuk program hilirisasi yang diharapkan bisa memberikan nilai tambah dan daya saing terhadap sawit dan turunannya.
Terlebih, saat ini dunia juga sudah aktif untuk melibatkan teknologi terkini demi menunjang produktivitas kelapa sawit yang lebih efisien dan berkelanjutan.
“Kita tidak bisa memungkiri bahwa semua negara-negara lebih beralih ke digitalisasi. Dengan ini, kita mendorong supaya digitalisasi sawit juga dari hulu sampai ke hilir juga terjadi,” ujar Ardi.
Sementara itu, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dan dukungan dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) juga memiliki sejumlah upaya untuk menunjang produktivitas.
Keempat upaya itu adalah peremajaan sawit, lalu ditunjang dengan sarana-prasarana serta sumber daya manusia yang mumpuni, dan upaya terakhir adalah riset/pengembangan dan perlindungan.
“Nah, keempat program ini kita dorong semaksimal mungkin, supaya nanti dana pengelolaan perkebunan itu bisa kembali ke petani, dan nanti bisa men-support produktivitas dan produksi petani yang tadi saya sebut hampir 42 persen lahan sawit itu milik rakyat,” kata Ardi.
“Dan kalau nanti (jumlah) 42 persen ini meningkat, tentu akan mendukung pencapaian 100 juta ton (produksi) CPO (crude palm oil) di 2040,” katanya.
Baca juga: Kementan: Transformasi digital dorong percepatan hilirisasi sawit
Baca juga: RI-Yordania jajaki kerja sama produksi pupuk dan teknologi pertanian
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2025