Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kehutanan (Kemenhut) memastikan penggunaan lahan untuk mencapai target ketahanan pangan tidak menggunakan hutan primer, tapi yang sudah tidak produktif atau yang sudah tidak memiliki tutupan.
"Jadi misalnya ada semak belukar atau hutan sekunder itu yang kita manfaatkan. Jadi bukan membuka hutan primer, kita land clearing kemudian kita buka untuk lahan pangan," jelas Penasihat Senior Tim Kerja FOLU Net Sink 2030 Kemenhut Ruandha Sugardiman dalam Journalist Workshop on Indonesia Folu Net Sink 2030 yang diadakan di Jakarta, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa wacana pemanfaatan 20 juta hektare untuk sumber ketahanan pangan, energi dan air akan dilakukan secara bertahap dan tidak melibatkan pembukaan lahan baru secara masif.
Salah satu yang akan digunakan adalah lahan tidak produktif, tanah kosong atau yang hanya berisi semak belukar, yang berstatus hutan sekunder.
Baca juga: Kemenhut genjot upaya pengelolaan hutan, masukkan dalam RJMPN
"Yang membuka hutan sama sekali saya pikir hanya beberapa persen saja, tidak sampai 5 persen," jelasnya.
Jika memang terjadi pembukaan lahan, dia memastikan bahwa akan melalui proses yang ketat dengan keberadaan tim untuk memastikan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang pengawasannya berada di bawah Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).
"Tentunya tim AMDAL KLH akan semakin kuat mengerem semuanya, sehingga betul-betul apa yang akan kita alokasikan untuk pangan itu betul-betul produktif untuk pangan," jelasnya.
Kemenhut sendiri memastikan untuk mencapai FOLU Net Sink 2030, di mana sektor kehutanan dan penggunaan lahan memiliki tingkat serapan lebih tinggi dari pada emisi yang dihasilkan pada 2030, maka jika memang terjadi pembukaan akan diimbangi dengan penanaman pohon di wilayah lain.
Baca juga: Menhut: Penyuluh kehutanan ujung tombak kebijakan pemerintah
Dengan demikian, jelasnya, maka Indonesia dapat mencapai kondisi net zero deforestasi atau tidak ada penambahan luasan deforestasi.
Baca juga: Kemenhut: Pendanaan RI-Norwegia untuk RBC-5 sedang dipersiapkan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025