Banda Aceh (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I SIM Banda Aceh menyatakan tingkat intensitas hujan di Aceh mulai menurun dibandingkan dua hari sebelumnya, karena siklon tropis senyar memasuki kepunahan.
"Secara umum, keadaan cuaca seminggu ke depan dapat kami sampaikan bahwa tropical cyclone senyar saat ini sudah memasuki masa punah," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I SIM Banda Aceh, Nasrol Adil, di Banda Aceh, Kamis.
Dirinya menjelaskan, sebelumnya pada 21 November 2025 siklon tropis senyar berada di Selat Malaka, kemudian pada 24 November bergerak ke wilayah daratan Sumatera Utara, dan sehari berikutnya sampai ke Aceh.
Lalu, pada 26 November, kondisi cuaca tersebut memasuki fase pertumbuhan dewasa sehingga hujan turun dengan intensitas tinggi dengan durasi lama. Berikutnya hari ini, mengalami masa punah atau saturasi.
"Untuk tiga hari ke depan, hujan yang akan kita dapati (wilayah Aceh) mencapai kurang dari 20 atau sekitar 20 milimeter (mm) per hari," ujarnya.
Baca juga: BMKG: Siklon Tropis Senyar tergolong tidak umum di Selat Malaka
Sebagai perbandingan, lanjut Nasrol, hujan ekstrem pada 25–26 November kemarin itu mencapai 150–200 mm per hari. Artinya, sudah berada pada level ekstrem, dan alhamdulilah kini sudah berangsur berkurang.
Meski demikian, dirinya mengingatkan masyarakat harus tetap selalu mewaspadai adanya aliran air atau hujan yang berasal dari wilayah pegunungan seperti Kabupaten Gayo Lues, Aceh Tenggara, Bener Meriah, Aceh Tengah hingga dataran tinggi Nagan Raya.
Wilayah tersebut, lanjut dia, secara teori merupakan daerah terjebaknya massa udara. Di mana, massa udara yang masih tersisa dapat terkumpul dan berpotensi menimbulkan hujan di hulu, sehingga bisa membawa banjir kiriman maupun banjir bandang ke kawasan hilir.
"Ini merupakan sisa-sisa ekor badai siklon kemarin yang menjadi gaya akhir dari pergerakan awan tersebut," katanya.
Baca juga: BMKG ingatkan potensi cuaca ekstrem di Sumbar hingga 29 November
Selain itu, tambah Nasrol, perlu juga diwaspadai, bahwa bulan November merupakan puncak musim hujan di Aceh, dan bakal sedikit menurun pada Desember 2025.
Pola-pola cuaca yang mungkin terjadi setelah siklon ini antara lain seperti petir, angin kencang, hingga puting beliung yang bersifat sporadis. Potensi ini dapat terjadi di wilayah Aceh.
"Terutama kawasan persawahan dekat pegunungan, pesisir berbatasan pegunungan, serta hamparan luas dekat perbukitan. Potensi-potensi ini tetap perlu diwaspadai," demikian Nasrol Adil.
Sebagai informasi, Aceh diguyur hujan dengan intensitas tinggi dalam durasi lama sejak sepekan terakhir, dan sampai laporan terakhir dari Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), banjir sudah merendam 16 dari 23 kabupaten/kota di Aceh.
Akibat banjir dan longsor di Aceh, selain rumah, jalan dan putusnya jembatan, banyak lahan pertanian terendam hingga padamnya listrik karena ada tiang-tiang transmisi roboh. Bahkan, musibah hidrometeorologi ini juga telah menelan korban jiwa sebanyak 22 orang.
Baca juga: BMKG: Cuaca ekstrem di Sumut dampak Siklon Tropis Senyar
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem resmi menetapkan Aceh berstatus daerah tanggap darurat bencana 2025 menyusul bencana hidrometeorologi berupa banjir dan longsor terjadi hampir di seluruh Aceh sejak beberapa hari terakhir.
Penetapan status tanggap darurat bencana ini berlangsung selama 14 hari, terhitung sejak 28 November 2025 sampai 11 Desember 2025.
Pewarta: Rahmat Fajri
Editor: Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


















































